:: UI - Tesis Open :: Kembali

UI - Tesis Open :: Kembali

Nihilisme sebagai problem eksistensial

Yulius Aris Widiantoro; Jolasa, Vincentius Y., supervisor; Franciscus Xaverius Mudji Sutrisno, 1954-, examiner; Albertus Harsawibawa, examiner; Donny Gahral Adian, examiner (Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009)

 Abstrak

Pembahasan mengenai filsafat tidak akan pernah menarik tanpa menghadirkan sosok Nietzsche di dalamnya. Kehadiran Nietzsche dalam pentas filsafat membuka kebuntuan cara berpikir manusia dalam mengartikan eksistensi hidup. Itu sebabnya filsuf pasca Nietzsche mengaku berhutang budi dan mengklaim dirinya sebagai penerus dari cita-cita mulia Nietzsche yaitu hidup tanpa diintervensi oleh gagasan transcendental. Kehadiran Nietzsche dengan konsep tentang kematian Tuhan yang melahirkan konsep nihilisme adalah terobosan baru yang dengan berani menembus jantung kekristenan. Kematian Tuhan adalah sebuah cara untuk mengatakan bahwa manusia tidak lagi mampu mempercayai tatanan kosmis apapun dan juga sebagai wujud penolakan terhadap nilai-nilai mutlak yang mengandung keyakinan akan suatu hukum moral yang obyektif dan universal, yang mengikat semua individu. Seruan Tuhan sudah mati menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tertentu Tuhan dibiarkan berkeliaran berlagak memerintah serta mengatur manusia. Manusia masa lampau belum memiliki kemampuan membunuh Tuhan. Zaman telah berubah, manusia kini mempunyai keberanian besar untuk membunuh Tuhan. Melalui gagasan provokatifnya ini, Nietzsche bertujuan menyodorkan nilai baru di mana Tuhan tidak lagi berperan sebagai standard moral yang sublim. Melepaskan kepercayaan kepada Tuhan akan membuka jalan bagi kemampuan-kemampuan kreatif manusia untuk berkembang sepenuhnya. Tuhan yang diyakini sebagai credo bagi manusia dengan segala perintah dan laranganNya yang sewenang-wenang, tidak akan lagi menghalangi perilaku manusia, sehingga manusia boleh berhenti mengalihkan mata mereka kepada wilayah adikodrati dan mulai mengakui nilai dari dunia ini. Sebenarnya gagasan tentang nihilisme tidak lain adalah keruntuhan nilai-nilai transcendental di mana Tuhan tidak lagi berperan sebagai sumber dari semua aturan moral. Tidak dapat dipungkiri memang munculnya nihilisme menjadi ancaman bagi stabilitas atau paradigma yang selama ini menjadi struktur bangunan berpikir, khususnya bagi mereka yang menyebut dirinya 'para penjaga moral'. Namun bagi para pengagum fanatik Nietzsche justru mengapresiasi kehadiran filsafat yang diusung Nietzsche sebagai babak baru yang mendorong manusia supaya mampu melepaskan cara berpikir yang selama ini terperangkap dalam perburuan serius mencari kebenaran. Tradisi filsafat Barat yang banyak terpengaruh oleh kekristenan telah mengurung manusia dalam paradigma-paradigma naif yang kerapkali meremehkan kualitas hidup. Manusia digiring untuk mengalihkan hidup hanya pada wilayah adikodrati dengan jalan memungkiri realitas inderawi. Bagi Nietzsche kondisi semacam ini merupakan bencana besar bagi kelangsungan hidup manusia, karena dunia ini hanya akan dihuni oleh manusia-manusia pengecut yang tidak mampu mengeksplorasi potensi vitalnya. Potensi fundamen ini oleh Nietzsche dikonfigurasikan dalam Übermensch yang secara hurufiah berarti manusia harus menjadi Tuhan bagi dirinya sendiri. Manusia punya kebebasan mutlak yang bersifat auto determinasi (penentuan aku oleh aku). Kata "aku" di sini adalah aku sebagai subyek dan sekaligus obyek, artinya yang menentukan adalah aku dan yang ditentukan juga adalah aku. Melalui kebebasan yang auto determinasi itulah, manusia memiliki kemampuan berkehendak dan memilih. Dengan kata lain kebebasan adalah aktualisasi dari unsur keakuan yang bersemayam dalam diri manusia dan selalu terekspose melalui kesadaran dan perbuatannya. Adanya prinsip keakuan, berarti apa yang aku alami tentang diriku tidak terbuka oleh intervensi Tuhan yang bungkus dalam sistem kepecayaan dan moralitas.

The discussion on philosophy will never be attractive without the presence of Nietzsche in it. The presence of Nietzsche in philosophy has opened the broadness of how mankind thinks in defining the existence of life. For this reason, philosophers' pasca Nietzsche admitted he owed his life and claimed himself as the generation of Nietzsche's ambition to live without the intervention of the transcendental ideas. The presence of Nietzsche with his concept on God's death has given birth the nihilism concept that is a new gateway by bravely penetrating the Christian heart. God's death is a method to express that humans no longer are capable to believe on the cosmic system in any way and refusing the absolute values containing the belief where there is an objective and universal moral law which abides all individuals. God's appeal has perished thus showing that at a certain time, God is left roaming around as if ordering or controlling the humans. Humans in the past have not possessed the capability to kill God. The era has changed; humans now have the big courage to kill God. Through this provocative idea, Nietzsche aims to present a new value where God is no longer playing the role as the sublime moral standard. Releasing the belief to God will open the paths for the human creativities to fully develop themselves. God believed as the credo for humans with all His authorities on orders and prohibition will not prevent the humans' characteristics so that humans may stop to move their eyes to the omnipotence and start admitting the values of this world. Actually, the idea of nihilism is only the collapse of the transcendental values where God is no longer plays the role as the source of all moral rules. It could not denied that there is nihilism as a threat to the stability or paradigm which is always as become the structure of thoughts, particularly for those who states themselves as "the protector of morals". But for the fanatics of Nietzsche, this in turn has appreciated the philosophy spearheaded by Nietzsche as the new era to push humans as to relieve the ways of thinking as the trap in seriously searching the truth. The Western philosophical traditions much influence by the Christianity has brought humans in the naïf paradigms which often belittles the quality of life. Humans are brought to changes their lives only for the omnipotence by avoiding the sense of reality. For Nietzsche, this type of condition has become a big disaster for the continuity of humans' lives, because this world is only occupied by the coward people who are not capable to explore its vital potentials. This fundamental potential by Nietzsche is configured in Ubermensch which literally means humans must become their own Gods. Humans have the absolute liberty characterizing the auto determination (determination of myself by myself). The word "myself" here as a subject and at the same time as an object, meaning that who determines is myself and what is determined is myself. Through this auto determination liberty, humans possess the will and choice. In other words, liberty is the actuality of the myself element within the humans and is always exposed through the consciousness and actions. With the myself principles, this will mean what I have experienced on myself is not opened by God's intervention through the belief and moral systems.

 Metadata

No. Panggil : T26261
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xiii, 75 hlm. : ill. ; 28 cm + lamp.,
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T26261 15-19-922331028 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 123683