Penelitian ini membahas sisi negatif pekerja migran Indonesia di Malaysia. Mayoritas pekerja migran asal Indonesia berstatus sudah berkeluarga namun kebanyakan diantara mereka tidak membawa keluarga (isteri/suami) ke tempat kerja. Para isteri atau suami lebih banyak mengurus anak-anak di rumah. Ketentuan cuti yang diberikan majikan kepada pekerja hanya satu kali dalam 2 atau 3 tahun. Hal ini menimbulkan perasaan sepi, kurang terhibur, jenuh dan membosankan karena lama tidak berjumpa anak dan keluarganya. Dalam penelitian disebutkan bahwa mereka yang pekerja di sektor perkebunan atau di sektor konstruksi bangunan rata-rata seminggu satu kali mengunjungi tempat-tempat hiburan untuk menghilangkan kejenuhan di tempat kerja. Mereka mendatangi tempat-tempat karaoke, diskotik atau ke mall-mall hanya sekedar refreshing. Sementara yang lain menyalurkan dorongan seksualnya ke tempat-tempat pelacuran. Pendidikan yang rendah dan pengetahuan tentang reproduksi yang kurang. mengakibatkan banyak pekerja yang terkena HIV-AID dan penyakit kelamin lainnya. |