Pola frase yang khas dalam bahasa Melayu-Tionghoa
Vita Agustini;
Harimurti Kridalaksana, 1939-, supervisor; Djoko Kentjono, examiner
([Publisher not identified]
, 1989)
|
Menurut Alisyahbana (1957: 55-61) bahasa Melayu Tionghoa adalah bahasa melayu rendah yang dicampuri istilah-istilah Tionghoa dan dipergunakan oleh babah-babah di jawa dalam surat-surat kabar dan karya mereka dan berbahasa Melayu-Tionghoa dinamakan karya sastra Melayu-Tionghoa. Menurut Kio Joe Lan (1962:13) karya sastra Melayu-Tionghoa berlangsung dari tahun-tahun pecahnya perang Pasifik. Hal yang diteliti penulis bukanlah karya sas_tranya, melainkan bahasanya, khususnya pola frase yang khas dalam bahasa Melayu-Tionghoa. Ini disebabkan menurut pengetahuan penulis, selama ini belum ada yang meneliti bahasa ini secara mendalam, yang ada adalah penelitian sepintas, yang diteliti secara mendalam adalah tentang karya sastranya. Sementara di lain pihak, penulis melihat bahwa bahasa Melayu-Tionghoa menpunyai sifat-sifat yang khas (berbeda) dari bahasa Indonesia. Jadi, tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kekhasan pola frase bahasa Melayu-Tionghoa, serta sejauh mana perbedaanya dengan bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini penulis memakai konsep Ha_rimurti Kridalaksana yang terdapat dalam buku beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia (1988). Data dikumpulkan dengan memakai metode sampel. Penulis mengambil 10% frase Yang khas dari tiap bab ketiga buah novel asli yang berasal dari ketiga zaman karya sastra Melayu-Tionghoa menurut Nio Joe Lan (1962 : 32). Data yang telah dikunpulkan kemudian dikelompokkan berdasarkan kategorisasinya, dan setelah itu dikelompokkan berdasarkan persamaan pola frasenya. Baru setelah itu penulis mulai menganalisis kekhasannya. Kesimpulan yang didapatkan antara lain: (1) Urutan kata berpola M-D ternyata persentasinya kecil sekali dibandingkan frase berpola D-M, yaitu pola urutan kata di dalam bahasa Indonesia. (2) Hal yang sangat menonjol di dalam pola frase BHT ada_lah ketidak konsistenan pemakaian kata, partikel, im_buhan, tidak dapat diramalkan kapan biasanya muncul. Di dalam bahasa melayu-tionghoa tidak ada patokan pasti, bersifat mana suka, tata bahasan kacau. Hal ini berbeda sekali dengan bahasa lndonesia. (3) Oleh karena inilah,penulis dalam menentukan makna dan melihat padanannya dalam polo frase bahasa Indone_sia harus melihat dulu pada koteksnya. |
Pola frase yang S 893200.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | S-Pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1989 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | computer |
Tipe Carrier : | online resource |
Deskripsi Fisik : | x, 139 pages ; 28 cm. |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S-Pdf | 14-19-356798618 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20155750 |