Kesusatraan Brunei kurang dikenal di Indonesia dalam konteks pembicaraan kesusatraan Melayu, padahal keberadaan sastra negeri yang baru pada tahun 1984 merdeka itu sejajar dengan kesusatraan negara-negara rumpun Melayu lainnya. Ini bisa kita lihat pada beberapa karya penulis di sana, walaupun pada kenyataannya baru pada tahun lima puluhan sastra benar-benar berkembang di negeri tersebut. Penulis-penulis seperti Yura Halim, H.M. Salleh, Haji Muh. Salleh Abd. Lattif, dan Muslim Burmat telah dikenal di Malaysia dan Singapura. Di antara penulis-penulis tersebut, H. Muslim Burmat memiliki kualitas yang lebih dibandingkan dengan penulis penulis lainnya. Darikreativitas dan aktivitas kepenulisannya telah terbit beberapa kumpulan cerita pendek, baik perseorangan maupun bersama, di smaping cerita anak-anak, novel, naskah drama, esai, dan puisi; walaupun begitu ia lebih memusatkan perhatian pada bidang penulisan cerita pendek dan novel. Muslim Burmat mulai aktif menulis pada awal tahun enam puluhan, tetapi baru mulai menulis novel pad aawal tahun delapan puluhan bersama dengan mulai populernya penulisan novel di negeri tersebut. Di antara karya-karya Muslim Burmat yang menarik adalah karyanya berupa cerita pendek yang terkumpul dalam kumpulan cerita pendek Pelarian, kumpulan pendek yang kemudian saya pilih untuk menjadi obyek penelitian dalam rangka penulisan skripsi. Kumpulan cerita pendek ini pernah pula dijdaikan obyek analisis untuk mencapai gelar sarjana muda oleh Yassin dari sudut ekstrinsik, yakni relevansi cerita-cerita dalam kumpulan tersebut dengan masalah-masalah yang terjadi di dunia, terutama Asia dan Eropa. Tema-tema yang dipilih oleh Muslim Burmat dalam cerita pendeknya memang tema-tema universal, tema tentang manusia secara umum. tema-tema yang diangkat tersebut didukung dengan pelukisan latar, penokohan, dan alur yang baik sehingga tercipta sebuah karya bermutu. Berdasarkan kenyataan ini maka dalam penelitian ini saya memfokuskan diri pada unsur tema. Untuk mencapai pada penetapan dan pemilihan tema sebuah cerita, dalam menganalisis mempergunakan pula unsur-unsur sastra lainnya; seperti tokoh, alur, dan latar karena keberadaan unsur-unsur tersebut dalam sebuah karya berkaitan antara satu dengan lainnya dan tidak dapat dipilah-pilah secara tegas. Setelahdidapat tema setiap cerita, maka akan dilakukan penggolongan tema-tema tersebut. Penggolongan ini didasarkan atas pendapat haji Hashim; yaitu konflik nilai, masalah sosial, dan kemanusiaan. dari penggolongan tersebut diharapkan didapat sutau benang merah yang menghubungkan satu cerita dengan cerita lainnya, yakni tema dominan dari kumpulan cerita pendek Pelarian. |