Komplek Makam Kawah Tengkurap yang dibangun tahun 1728 merupakan salah satu bukti arkeologi panting dari masa Kesultanan Palembang. Di dalamnya terdapat empat cungkup makam sultan dan keluarga dengan bentuk dan ragam hias cukup variatif yang belum diteliti secara khusus. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi, dan rnenggambarkan bentuk dan ragam hias pada nisan-nisan di keempat cungkup, serta mengetahui ada tidaknya kaitan bentuk dan ragam hias dengan status sosial tertentu. Penelitian dilakukan dalam 3 tahap. Pertama, pengumpulan data yang meliputi pengumpulan data pustaka, seleksi data, dan perekaman data lapangan. Kedua, analisis data, meliputi klasifikasi data secara bertahap dengan mengacu pada atribut bentuk (bentuk dasar, badan, kepala, kaki, dan bahu nisan) dan atribut gaya (motif hias pads badan, kepala, dan kaki nisan) dan korelasi atribut. Hasil korelasi kemudian diintegrasikan hingga terbentuk tipe, sub tipe, dan varian nisan berdasar bentuk dan motif hiasnya. Dari kelompok yang terbentuk kemudian dapat dianalisa hubungan yang terjadi antara bentuk dan motif hias.Tahap ketiga adalah penafsiran data dimana dibuat penafsiran terhadap hubungan yang terjadi antar fenomena dan membandingkannya dengan fenomena lain di luar penelitian. Dalam hal ini data primer yang telah diolah dihubungkan dengan data sekunder lain berkaitan dengan sejarah dan budaya Palembang. Juga dilakukan perbandingan dengan data penunjang lain berupa nisan-nisan di komplek makam kuno lainnya yang ada di Palembang atau peninggalan kepurbakalaan lain yang berkaitan dengan obyek penelitian dan dapat membantu dalam penafsiran data.Hasilnya, ke-160 nisan yang diteliti dapat digolongkan ke dalam 3 tipe : Demak, Aceh, dan sederhana. Nisan tipe Demak berjumlah 119 nisan atau 74, 375% dari keseluruhan nisan yang diteliti. Pada tipe ini tampak bahwa makin komplek bentuk nisan, makin komplek juga ragam hiasnya. Umumnya tipe Demak digunakan pada nisan sultan din keluarganya. Walau kadang digunakan jugs pada makam yang bukan berasal dari golongan priyayi, namun bentuk dan motif hiasnya secara kualitas dan kuantitas tidak sebaik dan seraya nisan sultan dan keluarganya. Selain itu tampak bahwa keluarga sultan menggunakan motif tertentu dengan makna khusus yang langsung atau tak langsung mencerminkan ketinggian status sosial mereka. Nisan tipe Aceh hanya ditemukan 2 buah atau 1,25% dari keseluruhan. Dan penelitian dan peninjauan yang dilakukan pada komplek makam Islam kuno lainnya di Palembang tampak bahwa nisan tipe ini umumnya dipakai oleh orang-orang keturunan Arab. |