Seni hias dibuat manusia sejak zaman prasejarah, yang antara lain dapat ditemui pada dinding-dinding gua, tulang, tembikar dan logam. Seni yang berkembang pada masa prasejarah bisa disebut sebagai seni prasejarah, dan bisa dipandang sebagai awal perkembangan kelahiran karya estetis yang dikaitkan dengan aturan-aturan tertentu. Motif hias seni prasejarah hadir di tengah-tengah kehidupan masyarakat masa prasejarah sebagai ungkapan perasaan yang diwujudkan dalam bentuk visual, dan proses penciptaannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungan alam maupun lingkungan budaya. Salah satu bentuk seni yang berkembang pada masa prasejarah adalah motif hias, yang tidak hanya berkembang di wilayah Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang terdapat di wilayah Asia Tenggara iainnya, dalam hal ini adalah Malaysia dan Vietnam. Motif-motif yang ada antara lain adalah motif hias geometris, motif hias fauna, motif hias manusia dan motif hias perahu. Dari analisis perbandingan, terlihat bahwa terdapat beberapa perbedaan, bahkan di Malaysia sejumlah motif tidak dikenal baik di media tanah liat maupun logam. Beberapa motif yang tidak terdapat di Malaysia antara lain adalah motif hias chevron, barisan empat persegi panjang, motif hias segi tiga dengan titik di antaranya, motif belah ketupat ganda, meander tegak, meander miring arah hadap ke kiri, recal citrante, motif huruf S, motif sulur gelung dan sepasang burung. Sementara di Indonesia dan Vietnam variasi motif lebih beragam. Hal-hal yang bisa dijelaskan sehubungan dengan hal tersebut adalah pertimbangan selera lokal yang berkembang di masyarakat prasejarah masing-masing wilayah. Faktor penentu penggambaran motif hias secara visual adalah, antara lain 1) kondisi geografis tempat masyarakat pendukung kebudayaan tersebut tinggal, 2) faktor kepercayaan dan 3) faktor teknis. Faktor teknis meliputi media bahan yang digunakan, apakah berupa tanah liat atau logam, lalu apakah permukaan bidang yang dihias rnerupakan permukaan yang datar atau melengkung. Sementara faktor geografis meliputi selera lokal yang berkembang di masyarakat pendukung kebudayaan di masing-masing wilayah. |