ABSTRAK Penelitian mengkaji segi subsistensi manusia terutama dalam memanfaatkan sumber daya fauna untuk memperoleh sumber protein hewani dan menggunakan sisa-sisa fauna sebagai bahan peralatan subsistensi. Pemanfaatan sumber daya fauna mempunyai fase nutris dan fase pengolahan bahan alat. Fase nutrisi berlangsung ketika hewan diburu, dijagal dan diambil jaringan lunaknya sebagai bahan makanan. Fase pengolahan bahan alat berlangsung setelah fase nutrisi berakhir dengan diperolehnya limbah konsumsi berupa sisa-sisa tulang hewan. Tulang hewan dipergunakan sebagai alat secara langsung (melalui expeditive bone fracturing technology) maupun secara terencana (melalui intensional bone fracturing technology). Analisis ekofaktual dan analisis khusus dipergunakan dalam mengamati tulang-tulang panjang vertebrata darat khususnya mamalia. Tujuan analisis untuk mendapatkan gambaran perburuan-pengumpulan hewan, teknologi dan morfologi perusakan tulang panjang hewan, dan teknologi alternatif peralatan subsistensi berbahan tulang hewan. Gambaran perburuan-pengumpulan diperoleh berdasarkan strategi perburuan yang disusun Julian Steward (1979) dengan membagi kategori perburuan hewan air, perburuan hewan kecil dan perburuan hewan besar. Gambaran teknologi dan morfologi perusakan tulang panjang hewan diperoleh berdasarkan analisis pecahan Bonnichsen (1979), teknologi pengubahan tulang Capaldo dan Blumensehine (1994) dan teknologi pengubahan tulang Eileen Johnson (1985). Gambaran penggunaan tulang hewan sebagai bahan peralatan subsistensi berdasarkan analisis khusus dengan menempatkan unsur tajaman sebagai indikator dalam mengamati artefak tulang. Berdasarkan kategori Steward, fauna Song Terus dibagi menjadi hewan air (ikan, linsang dan kura-kura), hewan kecil (monyet, kelelawar, tikus pohon, tupai, tikes, landak, unggas, rusa dan babi) dan hewan besar (kerbau, karnivora, badak dan gajah). Monyet merupakan hewan yang dominan berdasarkan indikasi kemunculan dan sebaran elemen hewan disusul kelompok ungulata, pengerat, kura-kura darat, unggas, karnivora, kelelawar, tikus pohon, ikan, badak dan gajah. Teknologi dan morfologi perusakan tulang tampak dalam kemunculan ciri-ciri keruakan tulang hewan, yaitu wilayah pemukulan, titik pukul, luka pemukulan, bentuk umum melingkar, bentuk-bentuk tepian pecahan, retakan penyerpihan dan serpih pemukulan. Ciri-ciri tersebut muncul pada fragmen epifisial, fragmen shaft diafisial, fragmen serpih diafisial dan fragmen konsentrasi. Terdapat dua tipe umum tajaman artefak yang dihasilkan dan variasi delapan sub tipe tajaman menunjukkan keragaman artefak alat tulang. |