Nova Rina Zulistiasari. Meterai-meterai Pada Masa Kesultanan Terate Akhir Abad ke-17-19. Di bawah bimbingan Hasan Djafar, S.S. Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000 (x + 153 hal, 5 pets, 1 bahan, 13 tabel, 5 lamp., 74 bib!. 144-150). Meterai adalah tanda atau rekaman berupa gambar atau tulisan sebagai hasil proses pengecapan pada tinta, lak atau lilin. Tanda ini dibubuhkan pada naskah-naskah penting untuk menerangkan keasliannya atau sebagi penentu validitas, dikeluarkan oleh kerajaan, lembaga, kongsi dagang ataupun pihak perorangan. Jadi meterai merupakan alat pengesahan naskah-naskah kontrak perjanjian, khususnya di lingkungan Kesultanan Ternate. Dalam penelitian ini, untuk pengolahan data meterai digunakan cara pemilahan atau pengklasifikasian bcrdasarkan ciri atributnya yang bertujuan membentuk tipe-tipe dan kemudian dianalisis. Dari seluruh rangkaian pengumpulan dan pengolahan data maka dapat diambil berbagai kesimpulan, sehingga dapat mcnghasilkan berbagai penafsiran. Dalam [ahap pcnafsiran data digunakan pia pendekatan sejarah, terutama yang berhubungan dengan kehidupan di lingkungan Kesultanan Ternate. Dari basil pengamatan, diketahui bahwa meterai-meterai yang terdapat pada naskah-naskah kontrak perjanjian Kesultanan Ternate mempunyai berbagai variasi bentuk dasar, tulisan, hiasan dan bahan. Bentuk dasar yang umum dipakai adalah lingkaran, namun ada juga bentuk-bentuk khusus seperti bunga cengkeh, yang digunakan oleh raja bawahan (vasal) Kesultanan Ternate. Selain itu, dari basil pengamatan ini diketahui pula bahwa ada penggunaan lebih dari satu macam huruf dan bahasa pada meterai-meterai tersebut. kebcragaman huruf dan bahasa ini kemungkinan ditujukan untuk memudahkan pcnggunaanya serta mencerminkan komponen pendukung keberadaan meterai tersebut yang berasal dari kerajaan bercorak Islam namun juga mendapat pengaruh dari bangsa Eropa, terutama Belanda. Diketahui pula bahwa hiasan di meterai Kesultanan Ternate tidak mempunyai arti khusus, hanya berfungsi sebagai pembatas kata dan tidak dapat dijadikan indikator pembeda antara saw meterai dengan meterai lainnya. Dari adanya berbagai variasi bentuk dasar. tulisan. hiasan dan bahan maka dapat disimpulkan bahwa kehadiran bentuk-bentuk meterai umumnya selalu berubah, sesuai dengan keinginan penguasa Kesultanan Ternate. Tidak adanya kriteria khusus dalam pcuatan meterai memungkinkan setiap pihak yang mengeluarkan meterai untuk bebas menciptakan bentuk meterai yang akan dikeluarkannya, dan umumnya bentuk disesuaikan dengan karakter pendukung meterai tersebut, yaitu masyarakat di lingkungan Kesultanan Ternate, terutama Sultan Ternate sebagai pihak penguasa. |