ABSTRAK Skripsi ini terpusat pada tokoh Sutan Sjahrir. Titik fokusnya adalah pemikirannya selama di Penjara Cipinang, Boven Digoel, dan Banda Neira. Rentang waktu yang diambil adalah mulai saat penangkapannya tahun 1934 sampai kedatangan Jepang di Indonesia tahun 1942. Akan tetapi demi kejelasan perjalanan mentalitas dan pemikirannya, didiskripsikan pula masa kecil, remaja, dan mudanya. Pembahasan mengenai riwayat hidup Sutan Sjahrir sudah cukup banyak. Akan tetapi pembahasan yang mengkhususkan diri pada bidang pemikiran terutama dalam kaitannya dengan perkembangan pematangan pemikiran pada masa-masa pemenja_raannya di Cipinang, pembuangannya di Boven Digoel dan Banda Neira masih perlu dilakukan. Masa-masa itu temyata memberikan guratan yang mendalam dalam garis pemikiran Sjahrir. Karena di sana is tidak hanya mengawangkan pikirannya saja sebagai mahasiswa yang bergulat dengan buku-buku, tapi terbentur dengan realitas yang amat pahit dari penderitaan hidup. Secara strategic upaya untuk lebih jernih melihat kiprah politik dan konstruksi pemikiran Sutan Sjahrir di masa pendudukan Jepang, revolusi, pasca revolusi sampai akhir hayatnya, akan memperoleh ketajamannya apabila diteropong dari sebuah rekonstruksi pemikirannya di masa-_masa itu. Dalam keseluruhan hidup Sutan Sjahrir saat-saat yang memakan waktu hampir delapan tahun inilah yang merupakan sebuah pertapaan panjang. Dari sebuah kontemplasi ini pulalah akan lahir sebuah pemikiran-pemikiran seseorang yang orisinil, mendalam, dan matang. Tujuan utama penulis adalah memperkaya khasanah karya ilmiah yang memberikan nuansa baru pada tulisan-tulisan tentang Sjahrir sehingga dapat lebih akurat memposisikannya dalam sejarah. Misalnya raja tentang penempatannya sebagai sayap kiri moderat dengan sosialisme demokrasinya, atau tentang tuduhan dirinya yang kebarat-baratan akan memperoleh landasannya dari skripsi ini. Dari hasil analisis terhadap diskripsi yang dipaparkan dalam skripsi ini dapat disimpulkan bahwa benturan-benturan realitas temyata telah menjadikan Sutan Sjahrir sebagai seorang realis. Realitas telah menggeser pandangan-pandangan marxisnya menjadi bemada revisionis. Dari masa pematangan pemikirannya dapat dilihat sebuah benang merah pemikiran politiknya yang tak terputus hingga penentangannya terhadap demokrasi terpimpin ala Sukarno, yakni dirinya sebagai Real Politiker. Masa-masa itu juga telah menggumpalkan keyakinannya yang membulat tentang humanisme universal yang menjadi weltarrschaung-nya. Pluralitas kehidupan yang membentuk struktur awal kehidupannya dan rasionalitas barat yang mencerahkannya seolah diujicobakan melalui benturan-benturan realitas kehidupan yang bertolak belakang dengan kenyataan yang sebelumnya. Akan tetapi benturan-benturan itu ternyata tidak cukup untuk menghilangkan jarak kultural dan kesenjangan pemikirannya dengan bangsanya. Di atas segala keterasingannya itu ia masih ingin berbuat sesuatu, namun dalam kenyataan politiknya Sutan Sjahrir adalah seorang realis yang tidak terlampau berhasil.
|