Penulisan skripsi ini mencoba untuk menggambarkan dinamika kehidupan masyarakat Kota Bogor pada tahun 1945-I949. Kota Bogor yang terletak di antara kota Jakarta dan Bandung sebenarnya mempunyai potensi konflik yang besar pada periode revolusi tersebut. Terutama karena pengaruh politik yang muncul dari kedua kota yang mengapitnya. Akan tetapi, masyarakat Kota Bogor pada periode ini justru mampu menunjukkan peralihan kekuasaan pemerintahan secara demokratis. Dan seperti di banyak daerah lainnya, masyarakat Kota Bogor juga mengalami hambatan-hambatan akibat munculnya kembali kekuatan asing yang mencoba menguasai kembali wilayah tersebut. Sehingga kehidupan masyarakatnya pun tidak dapat berjalan dengan semestinya. Terlebih memasuki periode 1947-1949, ketika bentuk pemerintahan federal mulai dipaksakan oleh pihak Belanda di Indonesia. Dalam penulisan skripsi ini, pembahasannya akan dibagi dalam lima bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang akan menjelaskan latar belakang, permasalahan, ruang lingkup dan tujuan penulisan skripsi ini Bab kedua hingga keempat merupakan bab isi yang akan membahas mengenai pokok permasalahan skripsi ini. Dimulai dengan membahas perkembangan Kota Bogor dari sejak jaman kolonial. Yaitu ketika Kota Bogor mulai dibangun sebagai sebuah kota peristirahatan dan penelitian perkebunan, Perkembangannya terus berlanjut hingga masa revolusi ini. Bab ketiga merupakan pembahasan mengenai dinamika kehidupan masyarakat Kota Bogor pada periode awal masa revolusi, yaitu tahun 1945-1946. Bab ini akan menjelaskan berbagai upaya pemerintah daerah Kota Bogor yang baru saja terbentuk untuk memperbaiki kehidupan masyarakatnya. Mulai dari kehidupan politik, ekonomi, sosial, pendidikan hingga kesehatan dibahas dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang bisa mempengaruhinya, seperti kemunculan pasukan NICA yang sering mengacau, kekurangan tenaga kerja, hingga pembukaan sekolah_sekolah. Bab keempat merupakan bab yang akan membahas dinamika kehidupan masyarakat - Kota Bogor setelah akhirnya pihak Belanda berhasil membentuk pemerintahan sipilnya di daerah ini. Dengan demikian, terdapat dualisme pemerintahan di Kota Bogor saat itu. Pihak Belanda terus berupaya meningkatkan kekuatannya dengan mencoba membentuk Negara Pasundan. Sementara pihak pemerintahan Republik di Kota Bogor semakin terdesak hingga akhirnya terpaksa mengungsi ke Jakarta. Situasi politik yang semakin meningkat disertai pula dengan meningkatkan perjuangan masyarakat Kota Bogor menentang Belanda dan Negara Pasundan yang dibentuknya. Berbagai laskar perjuangan rakyat dibentuk untuk menentang upaya Belanda tersebut. Keadaan tersebut berlangsung terus hingga keberhasilan perundingan KMB yang disertai dengan penyerahan kedaulatan RI oleh pihak Belanda. Tidak terkecuali di Kota Bogor pun dilangsungkan upacara penyerahan kedaulatan tersebut. Bab kelima merupakan bab kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Dinamika kehidupan masyarakat Kota Bogor pada tahun 1945-1949 tidak terlepas dari faktor intern dan ekstern yang mempengaruhinya sejak Iama. Mulai dari awal terbentuknya Kota Bogor yang dibangun dan dikembangkan oleh pihak kolonial hingga campur tangan kekuatan asing, seperti Belanda dan Inggris di dalam kehidupan masyarakat Kota Bogor saat itu. Keadaan lingkungan Kota Bogor juga ikut mempengaruhi dinamika yang terjadi. Sehingga Kota Bogor pada periode ini menjadi sebuah kota diplomasi, pembangunan dan pertempuran. |