Full Description

Cataloguing Source LibUI ind rda
Content Type text (rdacontent)
Media Type unmediated (rdamedia); computer (rdamedia)
Carrier Type volume (rdacarrier); online resources (rdacarrier)
Physical Description xii, 63 lembar : ilus 28 cm
Concise Text
Holding Institution Universitas Indonesia
Location Perpustakaan UI, Lantai 3
 
  •  Availability
  •  Digital Files: 1
  •  Review
  •  Cover
  •  Abstract
Call Number Barcode Number Availability
S13662 14-19-401908067 TERSEDIA
No review available for this collection: 20157795
 Abstract
ABSTRAK
Masalah kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence) banyak mendapat sorotan dari media massa Jepang dewasa ini. Hal ini tampak dari banyaknya media massa yang mengangkat tema kekerasan tersebut ke dalam bahan beritanya. Pembahasan mengenai tema ini banyak dilontarkan oleh para sosiolog. Salah satunya mengangkat pembahasan yang diambil dari sudut pandang berkurangnya atau menipisnya otoritas ayah dalam keluarga kontemporer Jepang. Ahli studi keluarga kebanyakan mengambil studi perbandingan antara struktur keluarga Jepang sebelum dan sesudah Perang Dunia II. Memang, suatu fenomena yang jelas sekali bahwa perubahan dari sistem ie menuju ke kakukazoku atau keluarga inti memberikan dampak yang besar dalam perkembangan kemasyarakatan.

Pada masyarakat Jepang dewasa ini, terutama di kota-kota besar, sudah jarang ditemui sistem kekerabatan re. Kukukazoku adalah kelompok kekerabatan yang semakin populer di dalam masyarakat Jepang sebagai pengganti kelompok kekerabatan ie. Hal ini terutama muncul dan berkembang pada masa setelah Perang Dunia II. Pada masa pascaperang, pemikiran tentang demokrasi tumbuh di berbagai lapisan masyarakat melaui sistem pendidikan modern yang merata di seluruh Jepang. Akibatnya, muncul pendapat umum yang menyatakan bahwa sistem re kurang demokratis.

Dalam sistem ie yang bersifat patriarkis, kedudukan pria sebagai kepala keluarga sangat kuat dan rnemiliki otoritas yang besar dalam keluarga. Sementara dalam kakukazoku, karena dilandasi oleh semangat demokrasi, kedudukan setiap anggota keluarga dapat dikatakan sejajar. Tentu saja, ayah dan ibu tetap menjadi figur-figur yang harus dihormati, akan tetapi di sini yang jelas menonjol adalah fungsi dan karakter ayah dalam keluarga. Apabila dahulu ayah merupakan sosok yang amat ditakuti dan berperan besar dalam penentuan setiap keputusan dalam keluarga, sekarang sosok ayah menjadi lebih lunak dan segala keputusan bisa dimusyawarahkan oleh seluruh anggota keluarga.

Sebuah buku hasil tulisan Michiyoshi Hayashi yang membahas masalah figur dari kedudukan ayah dalam keluarga berjudul Fusei no Fukken (1996) atau Rehabilitasi Karakter Ayah menjadi best seller di Jepang. Di dalam buku ini Hayashi secara kritis mengemukakan masalah peran ayah yang menghilang dalam keluarga, Selain Hayashi, ada pula pendapat seorang profesor dari Universitas Keio Gijuku bemama Keigo Okonogi yang menyatakan bahwa kini di dalam keluarga_keluarga Jepang kontemporer, suami dan ayah telah kehilangan posisinya sebagai kepala keluarga. Mereka kehilangan kedudukan dan perannya dalam keluarga.