:: UI - Skripsi Membership :: Kembali

UI - Skripsi Membership :: Kembali

Pernyataan diri tokoh utama wanita dalam novel The Scarlet Letter dan Sri Sumarah sebuah perbandingan penokohan

Nurul Agustina; Soenarjati Djajanegara, supervisor (Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991)

 Abstrak

Skripsi ini merupakan telaah sastra bandingan atas dua novel, yakni novel pendek Sri Sumarah karya pengarang Indonesia Umar Kayam, dan The Scarlet Letter karya novelis Amerika abad ke-19, Nathaniel Hawthorne. Dalam telaah ini dibandingkan topik pernyataan eksistensi diri dua tokoh utama yang ada dalam kedua karya tersebut, yakni Sri Sumarah dan Hester Prynne. Kedua tokoh tersebut oleh para pengarangnya sama-sama ditampilkan sebagai sosok individu yang mengalami konflik nilai. Antara nilai-nilai individu yang mereka pegang di satu sisi, dengan nilai-nilai berlaku dalam masyarakat mereka. Konflik nilai yang dihadapi oleh kedua tokoh ini mempunyai dua segi. Pertama, konflik mereka dengan masyarakat (outer conflict), dan kedua konflik mereka dengan diri sendiri (inner conflict). Berbeda dengan tokoh rekaan Hawthorne, Hester Prynne, yang mengalami konflik dengan masyarakat yang statis (masyarakat yang mempertahankan nilai-nilai tradisional, yaitu nilai-nilai puritanisme), maka tokoh Sri Sumarah justru hares berhadapan dengan situasi masyarakat aura yang sedang mengalami masa transisi menuju ke alam modern. Di sisi lain, masuknya berbagai paham yang menantang identitas kejawaan sang tokoh utama turut mempertajam konflik yang dialaminya. Sikap dan tindakan yang diambil kedua tokoh ini, serta bagaimana hal-hal tersebut ditampilkan oleh pengarang, menjadi titik tolak pembahasan dalam skripsi ini. Di dalam telaah didapatkan bahwa tokoh Hester Prynne ternyata mempunyai tendensi untuk menentang status-quo yang telah sedemikian melembaga dan didukung oleh gereja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam masyarakat. Sementara Sri adalah tipe perempuan penjaga gawang tradisi. Pertarungan tradisi versus modernisasi menjadi konflik penting dalam diri Sri Sumarah.
Dalam menyelesaikan konflik yang dihadapi, kedua tokoh mengambil cara berbeda. Jika Hester mencoba membalikkan opini masyarakat terhadapnya melalui kerja keras yang bertujuan untuk mengangkat derajat kaum lemah, terutama buruh dan kaum wanita, maka Sri baru berada pada tahap mencoba mengerti situasi yang berkembang dalam masyarakatnya sambil berusaha mencapai hal yang terbaik bagi diri dan keluarganya. Usaha aktualisasi yang dilakukan Hester Prynne dalam rangka penyelesaian konflik membuat dirinya berhasil melampaui batas-batas kepentingan pribadi dan keluarganya untuk memperjuangkan kepentingan yang lebih besar lagi (baca: masyarakat), sementara Sri Sumarah masih berkutat pada masalah-masalah domestik. Tapi, meskipun berbeda dalam lingkupnya, terdapat kesamaan antara kedua tokoh tersebut, yaitu kemauan untuk bekerja keras dalam usaha meraih yang terbaik. Dalam kasus Hester kemauan tersebut didukung oleh pandangan puritanisme yang memang menghargai kerja keras, kesukarelaan, kesederhanaan, dan ketaatan dalam beribadah. Sementara keinginan kuat Sri untuk hidup dengan rencana-rencana dan harapan yang dibuatnya, serta tidak menyerah begitu saja kepada nasib, adalah faktor-faktor yang mendorong usaha kerasnya menghadapi situasi yang dinilainya tidak menguntungkan.

 File Digital: 1

Shelf
 S - Nurul Agustina.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : S13999
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan :
Tipe Konten :
Tipe Media :
Tipe Carrier :
Deskripsi Fisik : ix, 80 lembar ; 29 cm.
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
S13999 14-20-005971232 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20158038