Dengan puisinja, Shakespeare hendak menaklukkan sifat fana jang meradjai segala apa jang ada diounia; Pope mengamati dan mentjatat segala apa jang terdapat dalam semesta alam dengan kepandaiannja mempergunakan kalam; Keats berkata bahwa puisi harus kita anggap sebagai seorang teman untuk menghibur kita dikal(,L duka, dan untuk membina akal manusia ketaraf jang lebih sempurna , sedangkan Wordsworth mengagungkan djiwa semesta alam dalam puisinja sebagai orang mengagungkan Tuhan Jang Maha Kuasa. Dalam hal ini Frost hanja mempunjai harapan jang sederhana: Ia berharap agar puisinja dapat diterima Tuhan sebagai sematjam sasadji sambil mengharapkan agar dapat pula diperoleh karunia berupa keselamatan (salvation) jang bagi seorang manusia tidak dapat diha rapkan untuk rnemperolehnja dari jang lain ketjuali dari Tuhan. Harapan Frost untuk mendjadikan puisinja sebagai sasadji inilah jang hendak saja tjoba membahasnja dalam skripsi ini. Waktu Frost menjatakan harapannja itu maka tentunja jang is maksudkan adalah semua karja-karjanja. Andaikata perkiraan tersebut benar rnaka djelaslah kesulitan jang saja hadapi karena tentunja tidaklah mungkin bagi saja untuk membahas semua karja Frost dalam skripsi ini. Achirnja djalan apakah jang saja tempuh ? Pertama, saja tentukan sendiri sebuah patokan: Karena jang mendjadi persoalan disipi adalah 'sasadji maka kiranja tepatlah apakila saja pilih sjair-sjair Frost jang menjangkut soal kodrat-iradat manusia dan jang mengenai kekuasaan Tuhan menurut pandangan si-seniman. Kedua saja beranggapan bahwa apabila kita berbitjara mengenai Tsasadji maka pada hakekatnja kita berbitjara mengenai sesuatu tjara pendekatan (approach) atau mengenai suatu tjara tentang bagaimana mentjiptakan hubungan. Dalam hal ini maka pendekatan atau hubungan jang dimaksud adalah 'pendekatan dan hubungan' antara manusia dan Maha Pentjiptanja. |