Fokus skripsi terletak pada buku The Nature and Logic of Capitalism. Dari buku ini dijelaskan bahwa kapitalisme sebaiknya dilihat sebagai formasi historis karena dari sini akan terlihat gambaran yang khas kapitalisme sebagai sistem sosial dengan sistem sosial lainnya. Kapitalisme dilihat pula sebagai formasi sosial, yang dapat dijelaskan dari dua aspek. dari hakekat (nature) dan logika (logic). Maksud dari hakekat ialah diacukan pada perilaku pembentukan institusi kapitalisme. Sedangkan logika diacukan pada pola pergerakan-pergerakan yang dihasilkan oleh hakekatnya. Jadi, dari hakekat terdapat energi-energi potensial yang mengungkapkan sistem logisnya. Kedua pendekatan ini berguna untuk mengkonseptualisasikan totalitas historis suatu sistem. Pada pembentukan institusi sosial dalam pengertian yang luas, hakekat sengacu pada elemen-elemen yang mempengaruhi pembentukan -perilaku manusia, yaitu dari segi luar (eksternal) dan dari segi dalam (eksternal), lingkungan dan kemampuan psikis manusia. Pada pembentukan institusi kapitalisme, energi psikis manusia lebih menonjol, yang membuat ia unik. Dari perilaku pembentukan institusi ini Heilbroner melihat dari sudut psikoanalisa Freud lewat struktur ld, Ego, Super-Ego, dalam proses sosialisasi yang kompleks. Dari sudut ini lewat Cara-caranya yang khas, masyarakat primitif melahirkan pemburu-pemburu, masyarakat feodal melahirkan petani-petani, tuan tanah, atau bangsawan, sedangkan masyarakat kapitalis melahirkan pekerja-pekerja. Logika dari masing-masing masyarakat ini, bahwa masyarakat primitif pasif, masyarakat feodal adalah aturan-aturan yang bersifat ilahi. sedangkan pada masyarakat kapitalis adalah kompetisi pasar. Baik konsep hakekat dan logika merupakan konsep heuristik dalam problem analisa sosial. Pada kapitalisme khususnya, hakekat diacukan pada pembentukan institusinya, yang nampak sebagai suatu proses dari pemilikan pribadi lewat sarana-sarana produksi, yang pada dasarnya terletak pada nafsu manusia mencari keuntungan. ltulah motif manusia dalam pasar sebagai dorongan bawah sadar yang tersublimasi atau terproyeksi lewat benda-benda prestise, dalam hal ini kapital. Kapital menurut Heilbroner adalah penggunaan terus-menerus lewat jaringan sosial, di mana konsep M-C-M' Karl Marx, sangat tepat dalam menielaskan proses kapital ini. Dari M-C--M' muncullah teori penimbunan kekayaan atau akumulasi modal, yang khas dalam masyarakat kapitalis. Dari sini juga terlihat munculnya aspek dominasi; ada pemilik modal dan ada pekerja. dimana hubungan ini didominasi oleh kelas bermodal. Dominasi ini tidak dijalankan lewat legitimasi paksaan seperti legitimasi negara. Dominasi sosial kapitalisme tidak diwarnai oleh penggunaan cambuk. Hal ini terbentuk karma kekhasan kehidupan sosial manusia yang cenderung mengancam pada pengecilan sosial lewat pembagian produk, bukan pengancaman lewat fisik seperti binatang. Misalnya, Pembagian produk ini bukan sekedar karena kelangkaan alam (scarcity), melainkan juga karena nafsu pribadi dalam hubungan sosial. Setiap manusia memiliki kemampuan yang berakar pada narsisme infantil yang kemudian tersublimasi pada penguasaan kapital secara terus menerus, tidak terpuaskan (insatiable), yang menyebabkan terjadinya donimanasi sosial. Logika kapitalisme merupakan pergerakan-pergerakan yang disebabkan oleh hakekat di atas. Pergerakan itu terbagi dua; pergerakan internal dan pergerakan eksternal. Pergerakan internal dapat dilihat pada ekspansi kapital dalam proses M-C-M', yang menimbulkan kompetisi antar kapitalis juga antar pekerja (kompetisi total, sebagaimana perang melawan semua dari Thomas Hobbes). Dasar kompetisi ini ialah dari self preservation manusia. Sedangkan logika dari pergerakan eksternal ialah kebutuhan ekspansi kapital terhadap sarana-sarana kapital, yang biasanya disebut fixed capital. Di sini para kapitalis muncul sebagai orang-orang yang menguasai ilmu pengetahuan, industri, dan teknologi. Hal ini dapat dilacak pada pergerakan historisnya di mana Heilbroner membagi empat periode: pertama, tampilnya kesatuan antara penguasaan industri dan ketrampilan dagang, kedua, munculnya produksi secara besar-besaran seiring dengan penemuan-penemuan mesin-mesin industri yang lebih canggih, yang kemudian terjadi ketimpangan pasar karena persaingan yang tidak sehat, antar perusahaan besar dan perusahaan kecil. Periode ketiga terjadi depresi besar dan perubahaan struktur kapitalisme. Keempat, ditandai oleh intervensi pemerintah yang semakin besar disebabkan problem-problem ekonomi berupa inflasi, deflasi, ekosistem, dan internasionalisasi kapital yang dijalankan oleb perusabaan multi-nasional. Sampai disini ekonomi dan politik nampak tidak dapat lagi secara tegas dipisahkan. Heilbroner menyebut gejala ini sebagai kapitalisme perencanaan. Dari segi perubahan yang disebabkan oleh pergerakan-pergerakan lewat sejarah Heilbroner melihat bahwa kapitalisme tidak bisa dipandang hanya deri segi persoalan-persoalan teknis ekonomi saja. Bahwa sistem logisnya adalah saling pengaruh antar kekuasaan kapital dengan kekuasaan negara. Yang dibutuhkan sekarang ialah usaha membangun suatu wadah dengan dasar hukum yang jelas antara dua kekuasaan yang tersebut di atas. Pertanyaan yang menarik di sini ialah bagaimana prospek kapitalisme itu sendiri? Akan ternyata bahwa faktor politik lebih mendominasi faktor ekonomi. Maka kapitalisme akan berakhir sekalipun sebagai suatu peradaban ia akan hidup terus. |