Tinjauan Hermeneutika gadamer atas teks Sarinah karangan Sukarno
Tobi, Hendrik Boli;
Selu Margaretha Kushendrawati, supervisor
(Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003)
|
Hakekat kemanusiaan yang paling mendasar adalah upaya memberi makna dalam setiap pengalaman kesehariannya. Ada berbagai macam yang dilakukan manusia untuk memaknai hidupnya, salah satunya adalah hermeneutika. Bermula dari upaya menerjemahkan karya-karya klasik dari jaman Yunani Kuno, hermeneutika terus berkembang seiring dengan kemajuan kajian intelektual lainnya filsafat, ilmu hukum, sastra, teologi dan studi feminisme. Salah satu tokoh dalam kajian hermeneutika adalah Hans-Georg Gadamer, seorang filsuf Jerman. Gadamer telah melakukan terobosan penting dalam kajian hermeneutika dengan menawarkan suatu pendekatan hermeneutis yang didasarkan pada pertemuan dua pihak (teks masa silam dengan penafsir) dalam suatu dialog yang produktif. Dialog yang mempertemukan dua cakrawala/horison antara teks dengan penafsir, kemudian menghasilkan suatu makna baru (kebaruan teks) bagi kepentingan si penafsir untuk memaknai hidupnya. Kajian hermeneutika Gadamer inilah yang dipakai penulis untuk memaknai kembali teks masa silam yaitu Sarinah karya Sukarno (tokoh terkemuka nasionalisme Indonesia). Teks Sarinah ini pada jamannya merupakan salah satu acuan utama bagi pedoman dan pengembangan wacana dari gerakan perempuan pada masa pergerakan nasional sampai dengan berakhirnya pemerintahan Sukarno. Cakrawala dari teks Sarinah adalah relasi antara gerakan perempuan di Indonesia dengan politik nasional anti imperialisme-kolonialisme. Dalam hal ini, teks ini berbicara tentang akar permasalahan ketertindasan rakyat Indonesia (termasuk perempuan di dalamnya) adalah politik neo imperialisme-kolonialisme yang dilakukan oleh penjajah barat. Untuk mengakhiri akar ketertindasan, seluruh komponen rakyat harus bahu-membahu berjuang melawannya. Di sini ada terjadi proses identifikasi antara persoalan nasional (secara global) dengan persoalan perempuan (secara khusus). Perempuan baru bisa bebas dari ketertindasan apabila politik anti imperialisme-kolonialisme telah menang. Cakrawala penafsir adalah persoalan penyederhanaan masalah perempuan dan subordinasi gerakan perempuan dalam politik nasional. Penyederhanaan masalah keperempuanan sering terjadi karena banyak analis luput melihat kompleksitas persoalan perempuan. Dampak yang muncul dari proses simplifikasi masalah keperempuanan adalah tidak tuntasnya penanganan dan solusi atas masalah-masalah yang khas melekat pada perempuan, Subordinasi gerakan perempuan seringkali terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Atas nama politik yang lebih besar, wacana dan gerakan keperempuanan sering dikorbankan. Kedua cakrawala di atas bisa dijembatani melalui dialog Gadamerian yang mempunyai beberapa unsur yaitu adanya perpaduan cakrawala antara cakrawala penafsir dengan cakrawala teks masa lalu, fungsi transformatif dari dialog, dan adanya aspek penerapan dari dialog. Unsur-unsur tersebutlah yang akan menghasilkan dialog yang produktif antara saya sebagai penafsir dengan teks Sarinah. |
S-Hendrik Boli Tobi.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | S16030 |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | |
Tipe Konten : | |
Tipe Media : | |
Tipe Carrier : | |
Deskripsi Fisik : | ix, 76 lembar ; 30 cm. |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S16030 | 14-21-55771107 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20159695 |