ABSTRAK Skripsi ini membahas dinamika pembaruan yang terjadi pada pesantren milik Persatuan Islam (Persis). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui mengapa dalam pesantren Persis perlu ada pembaruan, dan faktor apa yang memicu munculnya pembaruan. Dalam pembahasannya, Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut dijadikan sebagai studi kasus terkait pembaruan ini dalam rentang waktu antara tahun 1979 sampai 1994. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri atas empat tahap penelitian, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Berdasarkan penelitian didapat bahwa sekitar tahun 1980-an, tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan mulai berubah, sejalan dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Umumnya mereka sekolah membutuhkan legalitas formal berupa ijazah. Karena itu, terjadi pergeseran orientasi_arah dan tujuan_pendidikan pesantren Persis. Mulanya, menjadi muballigh merupakan tujuan utama yang harus dicapai oleh lulusan pesantren Persis. Perlahan tujuan ini pun berubah, menjadi lebih bersifat umum, yaitu mencetak pribadi muslim yang tafaqquh fiddin. Sekiranya atas dasar itulah merasa perlu melakukan pembaruan-pembaruan. Sejak itu, Pesantren Persatuan Islam Tarogong mulai menyelenggarakan ujian negara untuk mendapat ijazah. Padahal saat itu seluruh pesantren Persis dilarang mengikuti ujian negara dan apapun yang berkaitan dengan pemerintah oleh, ketua umum Persis 1967-1983. Pesantren pun menyederhanakan beberapa mata pelajaran pesantren yang dianggap terlalu gemuk. Tidak hanya itu, Pesantren juga mengubah sistem kalender pendidikan pesantren, yang mulanya mengikuti penanggalan Hijriyah (dari Syawal hingga Sa?ban), berubah mengikuti kalender pendidikan yang ditetapkan pemerintah (dari Juli hingga Juni). Semua itu dilakukan Pesantren Persatuan Islam Tarogong dengan pertimbangan sistem pendidikan pesantren yang dikeluarkan Pimpinan Pusat Persis sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi pesantren mengambil langkah-langkah pembaruan ini adalah sosok Latief Muchtar, ketua umum persis 1983-1997, yang pemikirannya dikenal progresif dan lebih terbuka dibanding pendahulunya, E.Abdurrahman. Ia juga berhasil menyelenggarakan Muktamar Persis ke-10 yang juga bertempat di Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut tahun 1990. Abstract This paper analyzes the dynamics of changes that occurred at pesantren, Islamic traditional school in Indonesia, belonging to the Persatuan Islam (Persis), the modernist Muslim organization. The goal of this study is to determine precisely why pesantren Persis need to change, and what factors trigger the change. In that research, Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut used as case studies related to this change in the timeframe between 1979 and 1994. The method used is the historical method, which consists of four stages of research, namely heuristic, criticism, interpretation, and historiography. According to the research, found that around the 1980s, demands and community needs for education began to change, in accordance with the policies issued by the Government. They school usually require some degree of formal legal. Therefore, the orientation and objectives of pesantren Persis was displacement. Initially, muballigh is a primary goal to be achieved by pesantren Persis graduates. Slowly this goal also changed, becoming more general, that is, creating tafaqquh fiddin Muslims. Based on that, Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut feels the need to carry out reforms. Since then, Pesantren Persatuan Islam Tarogong began to organize the State examination to receive diplomas. Nevertheless, precisely currently the whole pesantren Persis strictly prohibits any State examinations and other activity related to government by E.Abdurrahman, general chairman of Persis 1967-1983. Pesantren Tarogong then simplifies some pesantren subjects that are considered too fat. Moreover, pesantren also changed the calendar system of education, which initially followed the Hijri calendar (Shawwal to Sa'ban), change to the the calendar of education established by the government (July to June). All done Pesantren Persatuan Islam Tarogong with the consideration of the pesantren education system published by PP Persis is no longer relevant to the needs and demands of society. One of the factors that affect Pesantren Tarogong to take action in this update is to find Latief Muchtar, general chairman of Persis 1983-1997 exactly, is known for progressive thinking and more open than his predecessor, E.Abdurrahman. In addition, he also succeeded in organizing the 10th Muktamar of Persis which is also held at Pesantren Persatuan Islam Tarogong Garut in 1990. |