Wilayah pesisir dengan topografi yang relatif datar merupakan tempatyang menarik untuk dijadikan permukiman. Pada perkembangan selanjutnyawilayah ini memiliki laju pemanfaatan lahan yang cukup pesat salah satunyaadalah permukiman. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat kepadatanpenduduk sekaligus terjadinya peningkatan akan kebutuhan permukiman.Pesisir Kota Bau-Bau merupakan pusat dari berbagai aktivitas pendudukdiantaranya yang paling menonjol adalah kegiatan perdagangan dan jasa.Terkonsentrasinya kegiatan-kegiatan tersebut termasuk permukiman yangberada di pusat kota di kawasan pesisir menyebabkan terjadinya penurunankualitas lingkungan permukiman. Penilaian kualitas permukiman dalampenelitian ini meliputi variabel jenis bangunan, adanya genangan banjir,kepadatan bangunan, tingkat pelayanan listrik, air bersih, ketersediaan TPSdan tingkat kepemilikan IMB, serta menghubungkan persebaran kualitaspermukiman tersebut dengan jarak ke CBD, wilayah ketinggian, dan jarakdari garis pantai. Dari hasil penelitian, permukiman dengan kualitas baikberada di Kelurahan Batulo, Bone-Bone, Bukit Wolio Indah, Kadolomoko,Lipu, Wangkanapi dan Tarafu. Permukiman dengan kualitas sedang beradadi Kelurahan Bataraguru, Kadolokatapi, Kaisabu Baru, Lamangga, Lanto,Ngangana Umala, Wajo, Wale dan Wameo. Sedangkan permukiman dengankualitas buruk berada di Kelurahan Baadia, Kaobula, Katobengke, Melai,Tanganapada, dan Tomba. Hubungan antara jarak ke CBD, ketinggian daripermukaan laut, dan jarak dari garis pantai terhadap persebaran kualitaspermukiman tersebut adalah semakin jauh jarak permukiman ke CBD,semakin tinggi letak permukiman dan semakin jauh jarak permukiman darigaris pantai maka permukiman tersebut cenderung menunjukkan kualitaspermukiman yang buruk.Kata kunci : wilayah pesisir Kota Bau-Bau, kualitas permukiman, jarakke CBD, wilayah ketinggian, jarak dari garis pantai.ix+82 hlm.; 16 tabel; 9 gambar; 7 lamp; 14 petaBibliografi : 42 (1977-2006) |