Naskah Bali ini memuat dua judul yaitu: mantra usada tantri dan dasa sila paramarta. Mantra usada tantri berisikan mantra-mantra pengobatan yang diambil dari cuplikan-cuplikan cerita Tantri. Di antaranya disebutkan tentang keberhasilan seorang pendeta dengan keutamaan mantranya sehingga Raden Mantri dapat sembuh dari gigitan ular; Suraddha mati dipatuk ular; dirusaknya rumah burung sang syah oleh kera; meninggalnya para putra Begawan Wasista dimangsa raksasa; dan cerita Ni Dyah Tantri. Dilanjutkan dengan cuplikan-cuplikan cerita lain, seperti: sang Manik Angkeran; 2 Kerajaan Jenggala dan Kediri; perang Baratayuda; awal Mahabarata; saat Pandawa dan Kurawa belajar ilmu panah (danur dara) kepada Begawan Drona; Begawan Weda dengan muridnya; Jagat Karu; Aji Dharma; Usadha; dan diakhiri dengan ajaran Pangiwan Begawan Jayanti dan Pangiwan Naga Buntut. Teks bagian kedua, ialah dasa sila paramarta, diawali dengan uraian tokoh Maharaja Duryadana, saat menyatu dengan Pretiwi (bumi) maka muncullah tumbuh-tumbuhan yang dinikmati manusia sebagai panca tan mantra. Sedangkan sewaktu di bhuwana alit, beliau disebut sebagai pancedria yang meliputi: arsendria (kulit), srotendria (telinga), caksundria (mata), sranendria (hidunga), dan jihnendria (lidah), yang semuanya ini dapat membentuk dasa bayu. Disebutkan juga bagian-bagian Dasendria, seperti wakindria (mulut), panindria (tangan), pastendria ( kemaluan lelaki), paywendria (pantat), dan padandria (kaki), yang berpengaruh dalam diri Duryadana, sehingga muncul sifat dremba, moha, loba, dama, matsarya, usya, denggya, dan angkara padanya, juga terhadap para Kurawa lainnya. Beda halnya dengan Pandawa, yang memiliki sifat baik yang bertindak di atas garis kebenaran sehingga disebut sebagai bhuwana langgeng; seperti yang berpengaruh pada diri Darmawangsa (sebagai sabda), Bima ( sebagai bayu), Arjuna (sebagai idep). Ketiga tokoh Pandawa ini disebutkan sebagai Tri Bhuwana atau Bhuwana Langgeng. Teks dilanjutkan dengan kisah peperangan Baratayuda, saat matinya Gatotkaca dibunuh oleh Karna, Karna oleh Arjuna, Bisma oleh Srikandi, dan lain-lainnya. Diungkapkan tentang prang Ayodya dengan Alengka; kisah Sugriwa dan Subali, serta lahirnya Anoman. Diakhiri dengan dibunuhnya Boma oleh Kresna dan Detya Kawaca oleh Arjuna. Pada lempir pertama naskah ini, terdapat catatan tambahan beraksara Latin, dan Bali, menyebutkan I.G. Jlantik (t.t), 14/6 1929. Lid rad brata ring Singaraja. Berdasarkan data ini, kiranya naskah disalin (atau hanya dikoleksi?) oleh I.G. Jlantik pada tanggal 14 Juni 1929 di Singaraja. |