Naskah lontar ini berasal dari Bali, memuat dua teks. Teks pertama berjudul Yama Tatwa (h.1-60), berisikan keterangan tentang terciptanya manusia yang tak henti-hentinya oleh Hyang Barhma dan Hyang Wisnu; Ajaran (tutur) tentang pelaksanaan pecaruan mulai dari tingkat Caru Panca Sata, Panca Sanak, Panca Balikrama dan Angeka Uluh (Eka Dasa Rudra) untuk keselamatan dunia (melakukan yasa); Uraian ajaran kebenaran; serta uraian keteguhan yoga, tapa brata dan semadi Si Srengga di tengah samudra yang digoda oleh para dewa. Teks kedua dalam naskah ini berjudul primbon wariga (1-29), menguraikan tentang araning kangin kauh atau arah mata angin, seperti purwa (kangin = timur); gneyan (kelod kangin = tenggara); daksina (kelod = selatan); nariti (kelod kauh = barat daya); wayabya (kaja kauh = barat laut); utara (kaja = utara); dan ersanya (kaja kangin = timur laut). Dilanjutkan dengan sebutan urip-urip sanga wara, asta wara, panca wara, catur wara, serta araning ala ayu, ala ayuning palalinduwan, kerta pati, sesuai dengan tanggal pangelong (tanggal - naik, panglong = turun), sebutan hari buruk dari ketiga puluh wuku (Sinta sampai Watugunung). Disinggung pula tentang jenis-jenis kala, uraian tutur sundari terus, letak-letak wewaran di dalam tubuh manusia, uraian ekajala rsi, dan ala ayuning dasa wara. Dilanjutkan dengan skema Wisnu nama dan panca dawuh, penampik sasih, dan berakhir dengan sloka-sloka kaitannya dengan pawarigan. Di bagian depan (h.60a) dan di h.29b (bagian belakang), disebut bahwa naskah selesai ditulis atau dikerjakan pada hari Wraspati (Kamis) Umanis oleh Gusti Made gurun Gusti Putu Siki, asal desa Lepang, distrik (kecamatan) Banjarangkan, Kabupaten Klungkung Bali. Namun tidak disebutkan angka tahun. Pada beberapa sisi margin kiri lempir, terdapat cuplikan yang berkaitan dengan isi teks atau kala mati, ala ayuning dian, dan sebagainya. Ada beberapa kesalahan dan pengulangan terutama dalam hal penomoran dan pelubangan pada margin kiri naskah. |