|
Naskah yang berjudul punggung tiwas ini, diawali dengan keterangan tentang letak dasaksara (sang, bang, tang, ang, ing, nang, mang, sing, wang, yang) dan pancaksara (ang, ung, mang, ong, yang) dalam tubuh manusia (bhuwana alit), lengkap dengan dewa-dewa serta warnanya masing-masing. Sebagai contoh aksara sang, tempatnya di Pepusuh, dewanya Iswara, warnanya putih. Dilanjutkan uraian tentang catur dasaksara (ang, ung, mang, ong); triyaksara (ang, ung, mang)rwa bineddha (ang, ah); keistimewaan pancaksara (bisa mengeluarkan api); dan pengincep tri nadi. Ajaran Sanghyang punggung tiwas ini bermanfaat pula untuk mengetahui balyan (dukun sakti) di dalam tubuh, dan bisa menyembuhkan penyakit tanpa obat, disebut tetelik jati atau balyan mawisesa ri awak sariranta. Disinggung juga ajaran kerohanian lainnya, seperti penebusan tanpa upacara, cukup dengan kesucian pikiran. Naskah juga memuat tentang pengobatan tradisional; berbagai macam pengidepen, dilengkapi aneka macam rerajahan dan tatacara pengobatan tiwang (penyakit). Berakhir dengan uraian tentang tenung tumpeng (ajaran pati urip atau hidup mati) dan tetenger balyan yang layak dipegang oleh orang yang memahami usada, lengkap dengan sarana peca ruan. Informasi penulisan maupun penyalinan naskah tidak ditemukan secara jelas. Namun dilihat dari bentuk, corak tulisan, bahan yang dipakai, danketerangan yang dimuat pada kulit sampul yang menyebutkan pugu tiwas ? mengwi, kiranya naskah ini disalin atau berasal?( dari Mengwi, Bali. Untuk teks-teks lain dengan judul punggung tiwas, lihat Pigeaud 1970: 352, LOr. 10.211, dan Kirtya 2260. |
PW.71_LT172_Punggung_tiwas.pdf :: Unduh