:: Naskah :: Kembali

Naskah :: Kembali

Dongeng's van grobogan

([publisher not identified], [date of publication not identified])

 Abstrak

Naskah yang berisi dongeng-dongeng dari daerah Grobogan ini diperoleh Pigeaud pada tahun 1928 dari Kiliaan-Charpentier. Dongeng yang dimuat di dalamnya digubah dalam tembang macapat yang terdiri dari dua pupuh, yakni pupuh sinom dan pangkur. Teks menceritakan tentang musibat (tulah, murka Tuhan) negeri Ngerum terhadap Tanah Jawa. Ia ingin merusak dhedhemit yang menjadi tumbal Gunung Werta. Resi utusan Jeng Sultan untuk menenung seluruh dhedhemit menghadap pendeta di Ngerum. Semar dan Togog pergi ke Gunung Tidar. Pandita berkata bahwa tanah Jawa dahulu belum ada manusia dan masih berupa hutan. Semar mengatakan bahwa ia dulu sebenarnya orang Jawa, dan bertempat tinggal di puncak gunung Merbabu sebelum kedatangan pendeta. Setelah 9.000 tahun, ia pindah dan bertempat tinggal di Tidar. Biasanya manusia tidak ada yang mencapai usia 10.000 tahun. Semar menceriterakan bahwa ia juga manusia, anak dari Dewi Kawa, dengan nama Manikmaya. Nama lainnya adalah Sang Hyang Reksi, Danyang Kriga, Renggutmaya, Sang Hyang Wenang Gunung, Jayakusuma, Jaka Wadhuk, Inthik-inthik Kocinggati. Kakaknya adalah jelmaan burung Sundari, tinggal di tanah Jawa. Banyak anak cucunya mengungsi ke laut, ternyata kena tenung menjadi lelembut. Tuan Subakir berkata bahwa manusia pulau Jawa pada tahun 2100 akan hi-lang, dan 1000 tahun belum ada ratunya. Perang danawa dan bala tentera kera merusakkan negara Ngalengka. Allah menjadikan raja yang berkuasa 70 tahun di Wirangrongata dan 50 tahun di Mandura. Kraton Ngastina dan Ngamarta, lambangnya pudhak satunggal lawan ngawu-ngawu langit, dan Dyarawati besuk hilang karena peperangan, dan Allah membuat aji negen Mlawa dan Bojonegara. Negara Galuh akan hilang setelah 50 tahun, kemudian kota Sendhula hanya 60 tahun. Medhangkamulan akan hilang setelah 40 tahun, kemudian kerajaan di bawah Raja Ajisaka dari Arab. Setelah 60 tahun timbul kerajaan lagi dengan rajanya Sri Maha Punggung dengan patih Jugul Mudha yang berkuasa di kaki Gunung Lawu, negara damai sejahatera, keadilan ditegakkan. Seratus tahun kemudian, kerajaan sampai diturunkan 3 generasi, dan dipesankan agar tinggal bersama anak cucu di kaki Gunung Kendhil. Pejajaran hilang dan Allah mendirikan kerajaan lagi di Majapahit, yang kemudian diperangi anaknya yang berada di Demak. Orang Jawa banyak yang menganut Islam. Di Giri dan Pajang setelah 35 tahun hilang, lalu timbul Mataram. Demak dihancurkan 40 Bugis. Timbul kota Wanakarta di sebelah barat Pajang dengan ratunya Sendhang Rawa. Setan bergabung dengan manusia, sehingga banyak anak lupa bapak dan sebagainya, banyak pembunuhan dan lain-lainnya, sehingga murka Allah datang. Allah menjadikan raja Srandhil, keturunan rasul, ibunya trah Mataram keluar dari siluman, menguasai tanah Jawa dan menjadi ratu adil di Ketangga. Rakyat hidup murah sandang pangkuran selama 100 tahun. Ketangga sirna, muncul raja kembar di kota itu, satu di Mandura dan yang lain di Waringin Rebah. Orang Jawa diusungi oleh orang Srenggi, kemudian sultan Ngerum memberi pertolongan dengan mengirim utusan ke tanah Jawa untuk menumpas orang Srenggi. Sepeninggal ratu adil, yang berkuasa Iman Mahdi sampai hari kiamat. Untuk pendalaman cerita ini adalah Serat Jayabaya. Disebutkan yang mengarang adalah Iman Sapingi, manusia yang tahu watak baik dan buruk manusia.

 File Digital: 1

Shelf
 CL.44-A 5.13.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : CL.44-A 5.13
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
Sumber Pengatalogan:
ISBN:
Tipe Konten:
Tipe Media:
Tipe Carrier:
Edisi:
Catatan Seri:
Catatan Umum: Aks. Jawa; Macapat; ditulis di atas kertas HVS; Rol 139.12
Deskripsi Fisik: 11 hlm.; 35 baris/hlm.; 34,5x22,5 cm.
Lembaga Pemilik: Universitas Indonesia
Lokasi: Perpustakaan UI, Lantai 2
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
CL.44-A 5.13 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20186898