Gulisman
([publisher not identified], [date of publication not identified])
|
Naskah yang berisi teks Gulisman ini termasuk dalam kategori legenda sejarah kuna yang bernafaskan keislaman. Ceritanya menampilkan tokoh juragan yang bernama Gulisman tatkala berpetualang ke tanah Madura dan Jawa. Disebutkan bahwa Gulisman berasal dari daerah Mandras. Kepergiannya ke tanah Jawa berkenaan dengan tugas yang diembankan kepadanya oleh Raja Ngerum, untuk mendapatkan empat buah pusaka milik raja tanah Jawa, yakni Sri, Sadana, Nanggala dan Alugora, yang dianggap memiliki tuah dalam memberi kesuburan, kemakmuran dan kekuatan negara. Pergulatannya dalam usaha memperoleh keempat pusaka kerajaan tanah Jawa tersebut telah membawa Gulisman ke dalam persengketaan pribadi dengan penguasa tanah Jawa. Ketika itu tanah Jawa diperintah oleh Hyang Pramesthi dengan patihnya bernama Hyang. Narada. Gulisman juga terlibat perselisihan dengan penguasa Madura bernama Dewi Duragung beserta putranya Raden Segara. Karena dianggap sebagai pengganggu ketentraman, akhirnya Gulisman dienyahkan oleh Raden Segara yang bertindak atas nama kerajaan Jawa dan Madura. Gulisman menderita kekalahan dan kembali ke Ngerum dengan harus menerima kemarahan atas kegagalan tugasnya itu. Cerita selanjutnya mengisahkan tentang jatuhnya kekuasaan Hyang Guru atas kerajaan Jawa oleh Balakima, seorang prajurit dari Parsi yang menyerang tanah Jawa. Hyang Guru kemudian pergi ke Mekah dan bertemu dengan Nabi Muhammad. Oleh Nabi Muhammad, ia diwejang tentang agama Islam dan diminta pula untuk menyebarluaskannya di tanah Jawa. Sementara itu pemerintahan Balakima tidak berlangsung lama. Hyang Samba, putra Hyang Guru, berhasil merebut kembali kerajaan tanah Jawa. Hyang Guru kemudian kembali ke Jawa, namun sepulangnya dari Arab itu ia tidak melaksanakan amanat yang diminta oleh Nabi Muhammad. Pada bagian akhir dikisahkan tentang legenda pulau Madura dengan mengambil kisah pewayangan, yakni kisah intrik yang terjadi di kalangan kerajaan Mandura, terutama di antara putra-putra Basudewa sendiri, Kakrasana, Narayana, dan Sumbadra di satu pihak, dengan Kangsa di lain pihak. Dalam susunan pupuh teks di bawah ini terdapat dua buah pupuh dengan nama selangit (12) dan nilaprabasa (15) yang juga termasuk dalam kategori tembang cilik atau macapat. Penjelasan tentang kedua metrum ini dapat dilihat dalam Behrend 1987: 380-384. Daftar pupuh: (1) sinom; (2) pangkur; (3) asmarandana; (4) mijil; 5) kinanthi; (6) dhandhanggula; (7) pangkur; (8) sinom; (9) durma; (10) dhandhanggula; (11) pangkur; (12) sel; (13) durma; (14) dhandhanggula; (15) nil; (16) pangkur; (17) dhandhanggula; (18) mijil; (19) sinom; (20) pangkur. Teks naskah ini telah dibuatkan ringkasannya oleh Suwandi pada bulan Oktober 1929 (lihat: FSUI/CL.46 dan CL.47). Berdasarkan catatan yang terdapat pada h.i, Pigeaud memperoleh naskah ini dari Killiaan-Charpentier pada bulan Desember 1927. |
B 3.04 - Gulisman small.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | CL.48-B 3.04 |
Subjek : | |
Penerbitan : | [Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified] |
Sumber Pengatalogan: | |
ISBN: | [] |
Tipe Konten: | |
Tipe Media: | |
Tipe Carrier: | |
Edisi: | [] |
Catatan Seri: | |
Catatan Umum: | Aks. Jawa; Macapat; ditulis di atas kertas bergaris; Rol 139.15 |
Deskripsi Fisik: | 125 hlm.; 19 baris/hlm.; 34,5x22 cm. |
Lembaga Pemilik: | Universitas Indonesia |
Lokasi: | Perpustakaan UI, Lantai 2 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
CL.48-B 3.04 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20186902 |