Teks Asmarasupi ini mengisahkan kepahlawanan seorang putra Raja Bandaralim dari kerajaan Puserbumi bernama Raden Abdullah Asmarasupi (sering pula disebut Raden Arya Jayengtilam, Jayengsari, Jayengperang, Raden Sunu, Raden Mantri, Raden Asmarabrangti, Raden Arya Kusuma, Imam Suwangsa atau Iman Sujana) tatkala berkelana mencari obat untuk penawar sakit putri Purbaningsih dari kerajaan Ngesam. Pada akhir cerita Raden Asmarasupi berhasil mendapatkan obat lalu diserahkan kepada Raja Ngesam untuk diberikan kepada Purbaningsih. Penyakit sang putri dapat disembuhkan dan sebagai tanda sukacita dari Raja Ngesam, Raden Asmarasupi dinikahkan dengan Dewi Purbaningsih. Serat Asmarasupi merupakan salah satu karya yang cukup populer dalam tradisi penyalinan naskah-naskah pasisir Jawa. Kepopulerannya dapat dikatakan sejajar dengan teks roman Islam lainnya, terutama Menak, Ambiya, dan Yusup. Catatan resensi beberapa teks Asmarasupi telah disebutkan dalam Poerbatjaraka dkk. 1950: 82-84 (Br 30, Br 51, dan KBG 543); Vreede 1892: 189-194, 373-374 (LOr 1798, LOr 2017); Brandes I, 1901: 117-118 dan Juynboll II, 1911: 79-90 (LOr 4077). Keterangan bibliografis mengenai teks-teks yang lain termuat pula dalam berbagai sumber: Pigeaud (1967:223) mencatat teks Asmarasupi dengan nomor kode LOr 2194, 4077, 10.737, 10.836, dan BCB prtf 215. Masing-masing naskah yang termuat dalam Pigeaud tersebut, telah' diresensi dalam catatan Soegiarto (LOr 10.867). Perpustakaan Museum Sonobudoyo Yogyakarta mengoleksi enam naskah yaitu MSB/L.48-50 dan 52-54. Di Sasana Pustaka, tepas kapujanggan keraton Surakarta, tercatat empat naskah dengan nomor kode SMP/KS.467-470. Ricklefs (1977: 61) mencatat satu naskah Asmarasupi yang dikoleksi oleh India Office Library, London, dengan nomor kode IOL Jav. 26, isinya dikatakan sebagai salinan dari teks keraton Yogyakarta semasa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana II. Untuk koleksi Pigeaud yang terdapat di FSUI tercatat sembilan naskah, berkode CS.l sampai dengan CS.9. Dalam proses perkembangannya, teks ini tidak terlepas kaitannya dengan teks dari siklus Menak dan Panji oleh Pigeaud (1967: 223) dikatakan tampak pada penonjolan unsur kepahlawanan dan pengembaraannya. Adapun naskah CS.l ini berasal dari Keraton Kanoman Cirebon. Isi ceritanya tidak tamat Mengingat banyak bagian kertas yang rusak, maka teks yang mencantumkan identifikasi waktu penyalinan menjadi kurang lengkap. Dari teks yang dapat dibaca, tercantum penanggalan sebagai berikut: Seiasa, 17 Jumadiiakir, tahun Alip, 1... Hijriah. Namun, dilihat dari materi kertas dan gaya penyalinannya, usia naskah ini masih tergolong 'muda.' Diperkirakan penyalinan teks berlangsung akhir abad ke-19, mungkin sekitar tahun 1880an. Naskah ini dihiasi dengan rubrikasi dan gambar sederhana pada setiap pergantian pupuh. Naskah diterima Pigeaud dari Ir. Moens di Yogyakarta, pada tanggal 27 Mei 1932. Isi teks telah dibuatkan ikhtisar dan daftar kata oleh Mandrasastra pada bulan Februari 1933. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) mijil; (3) pangkur; (4) kinanthi; (5) sinom; (6) dhandhanggula; (7) sinom; (8) kinanthi; (9) pangkur; (10) durma; (11) sinom; (12) mijil; (13) kinanthi; (14) asmarandana; (15) dhandhanggula; (16) sinom; (17) pangkur; (18) mijil; (19) dhandhanggula; (20) durma; (21) pucung; (22) maskumambang; (23) asmarandana; (24) dhandhanggula; (25) pangkur; (26) durma; (27) dhandhanggula; (28) asmarandana; (29) pangkur; (30) durma; (31) sinom; (32) sinom; (33) dhandhanggula; (34) pangkur; (35) durma; (36) asmarandana; (37) sinom; (38) dhandhanggula; (39) pangkur; (40) asmarandana; (41) sinom; (42) kinanthi; (43) mijil; (44) dhandhanggula; (45) maskumambang; (46) durma; (47) kinanthi; (48) asmarandana; (49) mijil; (50) sinom; (51) asmarandana; (52) durma; (53) dhandhanggula; (54) mijil; (55) pucung; (56) maskumambang; (57) sinom; (58) mijil; (59) sinom; (60) asmarandana; (61) dhandhanggula; (62) mijil; (63) dhandhanggula; (64) asmarandana. |