Naskah ketikan ini merupakan alih aksara dari LOr 1807, dibuat oleh Panti Boedaja pada tahun 1937, di Yogyakarta. Naskah berisi keseluruhan teks Partayagnya karangan R.Ng. Sindusastra, yang digubah kembali oleh putranya, R. Rangga Nayadipura. Lihat Vreede 1892:227-240 untuk ringkasan isi selengkapnya. Naskah ini ketikan asli, sedangkan tembusan karbon terdapat pada LOr 6788, MSB/SW.19, danPNRI/G119. Tentang karya asli Sindusastra, periksa keterangan dan referensi pada deskripsi naskah FSUI/CW.15 di atas, dan pada Behrend 1990:180-181 tentang MSB/SW.15. Bandingkan pula SMP/KS.411-414 (Florida 1993:229-230) di Kraton Surakarta dan KBG 528 serta NB 40 di Perpustakaan Nasional, Jakarta. Karangan Sindusastra tersebut disusun tahun 1830an, sedangkan saduran Nayadipura pada tahun 1850. Pekerjaan Nayadipura atas prakarsa K.G.P.H. Purubaya dan K.P.H. Mataram. Dalam naskah itu diuraikan pula silsilah keturunan raja-raja Jawa, baik cabang kiri maupun kanan (Sejarah Pangiwa lan Panengen). Perbedaan antara kedua resensi itu terletak pada tambahan beberapa bagian, terutama tentang silsilah pada awal teks. Seterusnya, pupuh 27-147 dalam versi Nayadipura ini sebagian besar hampir sama dengan pupuh 10-125 dalam versi Sindusastra (CW.15). Rincian isi naskah sebagai berikut. (Pupuh 1) menceritakan alur keturunan dari Nabi Adam, berturut-turut (masing-masing berputra) Nabi Sis, Sayidina Anwas, Sayid Anwar, Sultan Kinan, Sultan Mahlail, Sultan Barat, Nabi Idris, Sultan Mutawasal, Sultan Lemah, Nabi Sakib (Nabi Nuh), Sayid Sam, Prabu Irpaksad, Sultan Ngabar, Sultan Rangu,- Raja Saruh, Sultan Nakur (?), Raja Tarih (Patih Najar), Nabi Ibrahim, Nabi Ismangil, Sayid Kedar, Sayid Les, Jamil, Sayid Udawa, Sayid Ngudnan, Mangad, Sayid Nujar, Sayid Malar, Sayid Ilyas, Sayid Madrikah, Sayid Kajimah, Sayid Kinanah, Sayidin Nalar (Kures), Sayid Malik, Sayid Pahar, Sayid Galib, Sayid Lawe, Sayid Kangab, Sayid Marah, Prabu Kalab, Sayid Kasa, Ngabdulmanap, Gagenda Sim, Ngabdulmutalib, Raden Ngabdolah, Mulana katimunabiyi Mukamad, Siti Patimah, Sahid Kuseni, Sayid Kusen, Maolana Jenal Ngabidin, Molana Jenal Ngalim, Jenal Kabir, Seh Najemudinil Kabir, Seh Najemudinil Kobra, Seh Samangun, Seh Kasan, Seh Ngabdullah, Sayidin Ngabdurrahman, Maolana Mahmuddinil Kabir, Maolana Mahmudinil Kobra, Molana Iskak, Seh Walilanang, Sang Prabu Setmata (Sunan Giri I), Sultan Kidul (Sunan Giri II), Pangeran Saba, Nyi ageng Pamanahan, Panembahan Senapati, Sunan Seda Krapyak, Sultan Agung, Pangeran Puger (Pakubuwana I), Sunan Prabu Mangkurat, Susunan Pakubuwana n, Sunan Pakubuwana III, Susunan Bagus (Sunan Pakubuwana IV). (Pupuh 2) menceritakan yang menjadi raja-raja Jawa dan Benggala adalah keturunan Sayidina Anwar dan Sayidina Anwas. (Pupuh 3) menceritakan bahwa sang Ibnu Sis setelah di kahyangan berganti nama menjadi Sanghyang Nurcahya, bergelar Hyang Sukma Kawekas. (Pupuh 4-6) Nurcahya menurunkan Nurrasa, juga disebut Hyang Wenang, Sanghyang wenang menurunkan Sanghyang Tunggal dan adiknya kembar (Sanghyang Ening dan Dewi Yati). Pengikut Nabi Suleman menyerang Sanghyang Wenang, namun kalah. (Pupuh 7) menceritakan Sanghyang Tunggal di tanah Ngindi, Sanghyang Ening di tanah Selan. Bumi-kapitu diperintah oleh Naga Antawasesa yang beristri Dewi Yati. (Pupuh 8-9) Sanghyang Tunggal dan Dewi Rekathawati menurunkan Hyang Ismaya (Semar) dan Manikmaya (Hyang Oetipati). Manikmaya yang naik Lembu Andini melihat ikan Tirbah di rawa daerah Persi. Temyata ikan Tirbah itu putri Raja Sablestan (Juragan Ngumaran) keturunan Bagenda Salih, yang bernama Dewi Umayi. Setelah diruwat, menjadi putri kembali dan dijadikan istri Manikmaya. Manikmaya mendirikan kerajaan di Persi dan bergelar Hyang Basupati. Raja Persi Jirdasta tak tunduk kepada Manikmaya; negaranya terkena wabah, dan ia meninggal. Anaknya, raja Dastandar tunduk pada Manikmaya; wabah itu lenyap. Manikmaya dan Dewi Umayi kembali ke tanah Ngindi. Saat itu di Ngindi, Selong, Keling, Cina, Tatar ke utara, banyak rajanya, dan mereka memeluk bermacam-macam agama ataupun yang disembah. Ada agama Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa; menyembah awan, brahala, api, sinar, petir, angin, air, gunung, bulan dan matahari, batu dan kayu. (Pupuh 10) Sanghyang Jagadnata dan dewi Uma menurunkan Batara Sambu, Brama, Endra, Bayu, dan Wisnu. Semar dengan isterinya, Dewi Senggani, mempunyai anak sepuluh, sembilan laki-laki dan satu wanita: Batara Bongkokan, Temburu, Kuwera, Mahyati, Batara Siwah, Sanghyang Surya, Batara Candra, Yamadipati, Sanghyang Kamajaya, dan Dewi Darma-nestiti. Batara Triyagnya, anak Pancaresi, mempunyai lima putri, masing-masing dikawinkan dengan Batara Sambu, Brama, Endra, Kamajaya dan Wisnu. Batara Bayu kawin dengan anak Surenggana, adik Triyagnya, cucu Darmajaka. Sanghyang Guru menciptakan langit ketujuh dengan isisnya. Daerah Persi ke timur termasuk ciptaannya. Para raja daerah ini yang tunduk padanya, melihat Hyang batara Guru bersemayam di langit tingkat keempat. (Pupuh 11-12) menceritakan tentang yang menyusun Kitab Manikmaya, yaitu tentang terciptanya bumi langit seisinya. (Pupuh 13) tentang lahimya Batara Kala. (Pupuh 14-15) tentang dewa-dewa penjaga bumi, dan penghuni bumi lainnya, juga yang menurunkan raja-raja tanah Jawa. (Pupuh 16-59) Cerita tentang raja Kunthiboja dari Mandura dan kerabatnya, bagaimana Burisrawa merindukan Sembadra, bagaimana Arjuna mendapat bantuan dari berbagai pihak termasuk Dewaruci untuk memenuhi permintaan Sembadra, sampai kawinnya Arjuna dengan Sembadra, yang mendatangkan kemarahan pada Baladewa, sehingga terjadi perang. (Pupuh 60-61) Arjuna dan Sembadra menyerahkan diri pada Baladewa untuk melunakkan hatinya. bagaimana Srikandhi yang datang pada perkawinan Arjuna dengan Sembadra tertarik pada Arjuna. (pupuh 62-65) yang mengganggu perkawinan Arjuna-Sembadra dilenyapkan. (pupuh 66-78) Srikandi dilamar Pr. Jungkungmardeya dari seberang, tetapi tidak mau. Ia meloloskan diri dan menuju tamansari Madukara; di sana ia belajar memanah kepada Arjuna. (pupuh 79-102) Drupadi amat marah atas kejadian itu. Srikandi dianiaya, sehingga pulang ke Cempala. Arjuna harus mrmpertanggungkan hal itu dengan mengawini Srikandi. Tetapi Srikandi meminta imbalan, seorang wanita yang dapat mengalahkannya Larasati mengajukan diri, akhirnya Srikandi berhasil dikawinkan. |