Naskah ketikan ini diberi judul Bab Dhapuring Keris, merupakan cuplikan dari Serat Bauwarna karangan Ki Padmasusastra (lihat misalnya SMP/Rp.305), khususnya entri tentang keris. Tentang Padmasusastra dan ensiklopedinya, lihat FSUI/LL.l. Salinan dibuat oleh staf Pigeaud, di Surakarta, pada bulan Februari 1930, sebanyak dua eksemplar. Satu salinan untuk Pigeaud (koleksi FSUI ini), satu untuk Panti Boedaja (kini tersimpan di Museum Sonobudoyo) dan sisanya untuk Moens di Yogyakarta. Teks berisi pengetahuan mengenai dhapur, pamor, dan lain-lain. Sebagai contoh, beberapa keterangan atau entri bausastra ini tentang aspek kris menyampaikan keterangan sebagai berikut: 1. Keris (ukur) l. panjang ganja diukur dari pangkal sampai puncak, besinya tidak termasuk dalam hitungan. Keris (ukur) II: ajaran pemimpin di desa Dander (Bojanagara), ukuran keris diambil dari panjang ganja kemudian diukur pada keris dari pangkal sampai puncak. (h.2); 2. Keris (Kawi): curiga, katga, suduk, wangkingan K.I., dhuwung K. (h.2); 3. Keris (tangguh): keris sebagai senjata orang Jawa, juga untuk seba. Sejarah keris disebutkan dalam Pustakaraja Purwa, bahwa keris dibuat oleh Batara Guru ketika turun ke dunia, dan bertahta sebagai raja di Mahendra, bergelar Sri Paduka Maharaja Dewa Budda. Disebutkan bahwa tangguh diawali dari Pajajaran hingga kerajaan Surakarta. (h.2); 4. Keris (padhalangan) I: berbagai macam bentuk antara lain: tinandhu, sumelang gandring, sempana, sempana klenthang, sempana panjul, sempana bungkem, sepaner, dan sebagainya. Keris (padhalangan) II: dimulai dari pengetahuan tentang wayang yang telah memakai bermacam-macam jenis senjata, yaitu: keris, panah, cakra, dan senjata tajam, atas pemrakarsa Sinuwun Kippyak, ketika tahun 1552. |