Pakem pedhalangan: lampahan Bima Suci
([publisher not identified], [date of publication not identified])
|
Teks terdiri dari beberapa bagian, yaitu: 1. Bubuka: berisi keterangan mengenai Lakon Bimasuci dan beberapa unsur yang berkaitan dengan lakon tersebut (h.ii); 2. Talu: berisi keterangan mengenai awal pertunjukan wayang, waktu mulai, gending-gending yang akan dibawakan, tata cara dalang ketika akan memulai pertunjukan (h.l); 3. Jejer: Prabu Duryudana merasa khawatir terhadap kekuatan Pandawa. Durna menyarankan agar membunuh Bima terlebih dahulu, karena dia menjadi pusat kekuatan Pandawa (h.l); 4. Adegan kedhatonan: Dewi Banowati, Laksmanawati, Limbuk, dan Cangik menyambut kedatangan Prabu Duryudana (h.20); 5. Adegan Pasowanan ing Jawi: patih Sangkuni yang dihadap balatentara Kurawa tengah membicarakan bagaimana menghadapi peperangan, sekaligus mengikuti perjalanan Werkudara ke Hutan Tikbra Sara (h.28); 6. Adegan Sabrangan: Batara Anantaboga dihadap Dewi Suparti, membicarakan keinginan Dewi Suparti untuk menolong Bratasena yang tengah ditipu daya Durna (h.42); 7. Adegan Perang Gagal: peperangan antara Dewi Suparti dengan tentara Astina (h.50); 8. Adegan Pandhita: Arjuna mengatakan kepada Bagawan Abiyasa bahwa Bratasena sedang berguru kepada Durna. Mereka merasa khawatir, karena sudah mengetahui watak Kurawa yang penuh tipu daya (h.68); 9. Adegan Perang Kembang: peperangan sepasang raksasa dengan Arjuna (h.91); 10. Adegan ing Negari Ngamarta: Prabu Puntadewa membicarakan kepergian Arjuna (h.171); 11. Adegan ing Negari Ngastina: Prabu Duryudana mengatur siasat untuk dapat membunuh Werkudara (h.233); 12. Adegan ing Negari Ngamarta: Prabu Yudistira mengkhawatirkan kepergian Werkudara ke Gunung Candramuka (h.252); 13. Adegan ing Guwa Sigrangga: Naga Suparti jatuh cinta pada Werkudara (h.281); 14. Adegan ing Pasanggrahan Wana Tibrasara: Kurawa berniat menghadang perjalanan Buna,,namun gagal karena ternyata Bima mengambil jalan lain (h.314); 15. Adegan Prang Sampak (Amuk-amukan): peperangan antara Werkudara dengan Kurawa (Kartawarma, Durmagati, dan Carucitra) (h.353); 16. Adegan Pungkasan (Tancep Kayon): Prabu Yudistira membicarakan kisah Bimasuci (h.363). Menurut keterangan pada h.i, naskah induk dibuat oleh M.Ng. Nayawirangka atas perintah Mangkunagara VII. Keterangan tarikh penulisan tidak diketahui. Penyunting memperkirakan penulisan dikerjakan pada masa pemerintahan MN VII, yaitu antara tahun 1916-1944. Kini naskah induk kemungkinan tersimpan di Museum Reksapustaka, Surakarta dengan kode SMP/MN.430. Naskah kemudian dibuatkan alih aksara ketikan. Keterangan penyalinan tidak dijumpai dalam naskah, hanya pada MSB/W.63 disebutkan bahwa penyalinan dibuat pada tahun 1937, di Surakarta oleh staf Pigeaud. Salinan tersebut, selain tersimpan pada koleksi FSUI ini, juga dapat dijumpai pada SMP/MN.429 dan MSB/W.63. |
WY.84_G189_Pakem_pedhalangan_lampahan_bima_suci.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | WY.84-G 189 |
Subjek : | |
Penerbitan : | [Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified] |
Sumber Pengatalogan: | |
ISBN: | |
Tipe Konten: | |
Tipe Media: | |
Tipe Carrier: | |
Edisi: | |
Catatan Seri: | |
Catatan Umum: | Aks. Latin; Prosa; ditulis di atas kertas HVS; Rol 211.05 |
Deskripsi Fisik: | 369 hlm.; 35 baris/hlm.; 33,9x22,3 cm. |
Lembaga Pemilik: | Universitas Indonesia |
Lokasi: | Perpustakaan UI, Lantai 2 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
WY.84-G 189 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20187601 |