Teks Wajang Verhalen ini berisi beberapa cerita, antara lain: 1. Cerita tentang upaya Durna dan Kurawa memperalat Pandawa yaitu dengan cara, Durna berpura-pura menjadi guru mereka (Werkudara, Arjuna, Nakula, Sadewa, dan Dewi Kunti, serta Gatotkaca). Gatotkaca disuruhnya mencari orang yang tengah menggembala kerbau berwarna merah; Nakula Sadewa diminta mencari bunga Trimala Kusuma; Werkudara disuruh mencari Tirta Pawitra hingga bertemu dengan Dewaruci; Dewi Kunti diminta mencari Gandawida. Disambung dengan kisah peperangan Arjuna melawan para dewa di kahyangan. Raja Dwarawati mengetahui segala tipu muslihat Durna dan berniat menghentikannya, akibatnya terjadi peperangan di antara mereka; 2. Uraian genealogi menurut Sajarah Panengen dan Sajarah Pangiwa; 3. Kisah Kadanapati dari Lokapala yang berniat mengikuti sayembara di Alengka untuk memperebutkan Dewi Sukeksi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran ayahandanya, Begawan Wisrawa, sehingga beliau berangkat ke Alengka untuk merundingkan jalan terbaik dan bertemu dengan Prabu Sumali. Raja Sumali memmta diwejang Sastrajendra, akhirnya Dewi Sukeksi diberikan kepadanya. Batara Guru murka setelah mengetahui Sastrajendra diajarkan kepada Sumali dan kemudian menyusup ke tubuh Wisrawa, sedangkan Dewi Uma menyusup ke tubuh Sukek: Kadanapati segera mengirim pasukan ke Alengka begitu mendengar perilaku ayahandanya, terjadi peperangan antara bala tentara Alengka dengan Lokapala. Sementara itu Dewi Sukeksi melahirkan putra bernama Rahwana, Kumbakarna dan Kunta Wibisana, serta seorang putri bernama Sarpa Kanaka; 4. Kisah tentang Subali, Sugriwa dan Astagina dalam memperebutkan Cupu Manik Astagina. Cupu tersebut akhirnya dibuang oleh pemiliknya semula, yaitu Dewi Windradi, dan jatuh di Ayodya menjadi telaga Nirmala, sedangkan tempat cupu jatuh di hutan menjadi telaga Sumala. Subali, Sugriwa dan Anjani berusaha mengejarnya sampai di telaga Sumala, akhirnya mereka bertiga berubah rupa menjadi kera. Mereka kemudian meminta kepada ayahandanya yaitu Bagawan Gotama untuk diruwat. Teks diakhiri dengan kisah peperangan antara Rahwana dengan Subali-Sugriwa. Naskah dibeli Pigeaud di Yogyakarta pada tanggal 8 September 1932, kemudian dibuatkan ringkasannya oleh Mandrasastra pada bulan April 1933. Pada h.i terdapat catatan mengenai upacara mitoni untuk isteri Sumadi dan upacara nyelapani bagi Ngatija, yang dilakukan pada malam Sabtu Legi tanggal 18 Nopember 1951. Kurang jelas maksud dari catatan ini, penyunting menduga bahwa teks ini dipakai/ditembangkan pada waktu upacara-upacara tersebut. Pada kolofon depan terdapat keterangan penulisan (penyalinan?) naskah, yaitu: hari Rabu Legi, jam 09.00, tanggal 23 Mulud Jimakir, dengan sebuah sengkalan nembah hing hyang naganing bumi atau 3 Februari 1813. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) pangkur; (3) asmarandana; (4) pangkur; (5) sinom; (6) kinanthi; (7) dhandhanggula; (8) asmarandana; (9) sinom; (10) dhandhanggula; (11) duduk; (12) pucung; (13) durma; (14) gambuh; (15) sinom; (16) dhandhanggula; (17) durma; (18) pangkur; (19) asmarandana; (20) sinom; (21) durma; (22) dhandhanggula; (23) asmarandana; (24) mijil; (25) dhandhanggula; (26) pangkur; (27) sinom; (28) dhandhanggula; (29) sinom; (30) dhandhanggula; (31) kinanthi; (32) asmarandana; (33) pangkur; (34) dhandhanggula; (35) asmarandana; (36) kinanthi; (37) sinom; (38) dhandhanggula; (39) durma; (40) asmarandana; (41) durma; (42) pangkur; (43) asmarandana; (44) pangkur; (45) sinom; (46) asmarandana; (47) pangkur; (48) sinom; (49) dhandhanggula; (50) durma. (Dalam naskah tidak ada, kemungkinan hilang darijilidan, namunpada uittreksel ada disebutkan tentangpupuh ini). |