This thesis is underlining by fact that Indonesia?s jet fuel market is monopolize by Pertamina, Corp. Under which condition, the jet fuel price in Indonesia is pricier than international price. This showed by condition where increased in the Crude Oil price is swiftly response by increasing domestic jet fuel price. Notwithstanding that, response on Indonesia?s jet fuel price is slower on declining Crude Oil price. This is not apprehend by Singaporean market, which have better respond on any price increase or decrease in Crude Oil as well as jet fuel price as the final output.Generally, this condition is explained by the theory of asymmetric price transmission (APT), where the downstream price react differently compare to the upstream price changes. Thus the null hypothesis of this research is that under monopoly?s market structure, domestic jet fuel price?s movement in Indonesia is consider to be asymmetric on the Crude Oil price.This thesis is to conduct a price analysis on Indonesia?s jet fuel price using the asymmetric price transmission theory by balancing the domestic jet fuel price on Crude Oil price, and illustrating factors affecting the jet fuel price (using the APT theory) correlated with Indonesia?s jet fuel market.The analysis showed insignificant phenomena of asymmetric price transmission on Indonesia?s jet fuel market on the Crude Oil price. The asymmetric merely affected by increasing or decreasing jet fuel price in previous period (t-1), where the price increase is adjust vastly and the price decrease is not promptly respond by current jet fuel price (-t period).This indicates several factors are affecting the finding. These factors are believe to be determined by previous price trendsetter such the previous jet fuel price, contractual term on pricing, applied exchange rate, shipping cost, and market power owned by Pertamina, Corp. Tesis ini dilatarbelakangi oleh kondisi dimana pasar avtur di Indonesia masih di monopoli oleh PT. Pertamina dan dalam kondisi tersebut, terlihat bahwa harga avtur di Indonesia yang dinilai lebih mahal dari harga avtur luar negeri. Hal ini terlihat dimana kenaikan harga Crude Oil di respon segera dengan kenaikan harga avtur domestik , namun tidak sebaliknya, dimana respon harga avtur di Indonesia lebih lambat terhadap penurunan harga Crude Oil. Hal ini tidak terjadi pada pasar Singapura, yang dinilai lebih cepat merespon baik kenaikan maupun penurunan harga Crude Oil yang mempengaruhi fluktuasi harga avtur sebagai produk akhir Pada umumnya, kondisi ini dapat dijelaskan dengan adanya teori Asymmetric Price Transmission, dimana kondisi dimana harga downstream (hilir) bereaksi berbeda dibanding perubahan harga upstream, sehingga hipotesa awal dari penelitian ini adalah bahwa dengan struktur pasar yang monopoli, pergerakan harga avtur domestik Indonesia bersifat asymmetric price transmission terhadap harga Crude Oil.Tujuan Tesis ini adalah untuk melakukan analisis pergerakan harga avtur di Indonesia berdasarkan teori Asymmetric Price Transmission dengan cara membandingkan pergerakan harga avtur domestik terhadap harga Crude Oil serta menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pergerakan harga avtur berdasarkan teori Asymmetric Price Transmission dikaitkan dengan kondisi pasar avtur Indonesia.Berdasarkan pengujian dan analisis data, didapatkan bahwa tidak ditemukan signifikansi fenomena asymmetric price transmission pada pasar avtur di Indonesia terhadap pergerakan harga Crude Oil. Pengaruh asimetrik harga avtur domestik, lebih dipengaruhi oleh kenaikan maupun penurunan harga avtur pada periode sebelumnya (t-1) dimana ketika terjadi kenaikan harga avtur di periode sebelumnya secara cepat di respon harga avtur saat ini , namun ketika terjadi penurunan harga, hal tersebut tidak segera di respon oleh harga avtur saat ini (pada periode ?t).Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan harga avtur baik pada periode sebelumnya yang kemudian mempengaruhi harga avtur saat ini seperti kondisi seperti pembelian avtur pada periode sebelumnya, baik dari sisi kontrak harga, exchange rate , biaya shipping serta market power yang dimiliki Pertamina. |