Arsiteklur hadir untuk menjawab kebutuhan dasar manusia: bernaung. Karena alam tldak menyediakan cukup naungan alamiah, manusia mulai membuat naungannya sendiri. Dari sini manusia mulai mengerti tentang lingkung bangun, lingkung bina, dan akibat dari lingkungan ini terhadap kehidupan sosial budaya mereka. Setelah beberapa puluh ribu tahun, diakibatkan oleh banyak inovasi di bidang ekonomi dan pemenuhan kebutuhan, memperluas skala lingkung bina manusia sampai menjadi apa yang kini kita kenal dengan kota. Industrialisasi, urbanisasi, globalisasi, kapitalisasi, politisasi, dan berbagai macam proses kompleks lain mewarnai kehidupan manusia, dan tak terhindarinya pengaruh terhadap arsitektur.Cara arsitektur dipraktekkan dan dlajarkan di dalam konteks yang berkembang dalam kota di Indonesia adalah latar belakang tulisan ini_ Bagaimana arsitektur dalam perkembangannya telah menjadi sesuatu yang dianggap hasil kebudayaan tinggi dan eksklusif, sehingga tak terjangkau, tunduk pada kapital dan permintaan pasar. sehingga hanya melayani sebagian kecil kebutuhan masyarakat, melenceng dari latar belakang hadirnya disiplin ini, Tulisan ini mengacu pada pandangan tentang produksi ruang yang dalam proses kapitalisasi, industrialisasi, urbanisasi telah menggeser makna arsitektur, dan argumentasi Roland Barthes tentang kemungkinan baru dari keadaan yang tak dapat dibalikkan akibat kapitalisasi hadir. Kedua cara memandang yang berbeda diharapkan dapat mengakibatkan hasil yang berbeda. Kejadian-kejadian yang dialami dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kota besar |