Industri electroplating merupakan penghasil limbah yang mengandung senyawa logam berat. Volume limbah cair yang dihasilkan relatif sedikit, namun tergolong limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)[3]. Logam berat yang terkandung dalam limbah cair proses electroplating jika dibuang ke lingkungan akan meracuni habitat di sekitarnya karena terakumulasinya logam-logam berat tersebut di dalam tanah dan tercemarnya badan air. Melihat resiko yang dapat ditimbulkan oleh limbah tersebut maka perlu dilakukan upaya penanganan limbah cair proses electroplating.Sebagai objek penelitian adalah limbah dari proses electroplating pada industri pembuatan film. Sesuai dengan prinsip minimisasi limbah yaitu pencegahan dengan reduksi limbah dari sumbernya, maka pada penelitian ini langsung diambil limbah dari proses electroplating, yaitu dari proses Copper Bath l. Kandungan logam utama dalam limbah adalah tembaga sebesar 66250 ppm, besi sebesar 9750 PPHL, mangan sebesar 131,25 ppm, dan krom sebesar 12,75 ppm.Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi kesesuaian proses presipitasi sebagai proses pengolahan limbah hasil electroplating industri pembuatan film yang menjadi objek penelitian. Untuk itu dipelajari pengaruh pH, presipitan (lime dan kaustik soda) dan pengenceran pada proses presipitasi, serta mengevaluasi kemungkinan pengambilan kembali logam-logam berat yang terkandung. Untuk menganalisa filtrat yang dihasilkan digunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Penelitian dilakukan di Laboratorium Termodinamika,Energi dan Lingkungan (TEL)-Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, FTUI.Pada penelitian ini dipilih metode presipitasi karena merupakan metode pengolahan limbah logam berat yang paling umum digunakan, relatif murah, dan sesuai untuk kandungan logam yang cukup besar. Metode ini sesuai untuk industri pembuatan film yang tidak terlalu besar sehingga tidak memerlukan pengolahan limbah yang terlalu kompleks. Berdasarkan literatur ada beberapa proses pre-treatment yang perlu dilakukan agar proses presipitasi tidak terganggu yaitu reduksi krom, penghilangan sianida dan penghilangan amonia. Namun pada penelitian ini tidak dilakukan karena kendungan krom heksavalen, sianida dan amonia yang sangat sedikit.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandugnan logam berat dalam filtrathasil pengolahan limbah sudah memenuhi baku mutu berdasarkan KeputusanMenteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-51/MENLH/10/1995.Hasil variasi presipitan menunjukkan bahwa presipitan lime menunjukkanpersen penyisihannya sedikit lebih besar dibanding kaustik soda, karena limemerupakan senyawa divalen, sedangkan kaustik soda (NaOH) merupakan senyawa monovalen [33].Dari segi harga, lime lebih murah dibanding kaustik soda [33]. Namun sludge yangdihasilkan dengan presipitan lime dapat mencapai lebih dari dua kalilipat yang dihasilkan oleh kaustik soda.Persen penyisihan logam akan semakin tinggi dengan bertambah besarnyapH pengendapan. Setiap logam memiliki batas pH minimum yang berbeda untukmemenuhi baku mutu yang berlaku yaitu logam Cu dapat mencapai di bawah 2 ppmpada pH sekitar 7, logam Fe mencapai di bawah 5 ppm pada pH sekitar 5, Mnmencapai di bawah 2 ppm pada pH sektiar 6-7, dan Cr mencapai di bawah 0,5 ppm pada pH sekitar 4.Untuk melakukan proses presipitasi pada limbah ini tidak memerlukanpengenceran terlebih dahulu, karena berdasarkan hasil penelitian, semakin pekatlimbah, maka persen penyisihan yang dilakukan semakin tinggi. Namun, hal ini tidakberlaku bagi limbah-limbah lain secara umum terutama bagi limbah yang mengandungion atau senyawa pengganggu.Berdasarkan hasil penelitian ini, jika logam-logam yang ada hendak diperoleh kembali(recovery), metode presipitasi kurang sesuai untuk digunakan sebagai proses pengolahan limbah electroplating ini. Hal ini disebabkan seluruh logam-logam yang ada, mengendap/terpresipitasisecara bersamaan. Ada penyimpangan dari kurva teoritis, sehingga tidak dapat dilakukan presipitasibertingkat karena logam-logam tersebut tidak dapat dipisahkan berdasarkan pH pengendapannya. |