Public art merupakan bentuk seni yang diletakkan pada ruang publik, berkaitan dengan publik serta mementingkan respon dari publik dalam penilaiannya. Keterbukaan ruang publik memberi kemungkinan respon yang beragam karena dapat diakses oleh siapa saja. Public art dengan tapak berupa ruang publik turut menjadi elemen ruang publik. Di ruang publik terjadi keterlibatan pasif dan aktif oleh publik yang memicu terjadinya aktivitas sosial. Sebagai elemen pada ruang publik, public art karenanya dapat berperan menimbulkan respon berupa keterlibatan pasif dan aktif dari pengguna ruang publik. Namun demikian terdapat juga public art yang tidak menimbulkan respon dari pengguna ruang publik meskipun peletakannya strategis. Public art sebagai seni yang berada pada suatu tempat dapat mempengaruhi aktivitas pada ruang publik. Dari studi kepustakaan, diperoleh teori triangulation untuk mengetahui bagaimana stimulus yang dihasilkan oleh public art sebagai benda dapat mendukung terjadinya aktivitas sosial. Studi kasus dilakukan dengan melakukan perbandingan pada empat ruang publik yaitu Bundaran Hotel Indonesia, Bundaran Bank Indonesia, Taman Suropati, dan Patung Pangeran Diponegoro. Hasil yang ditemui berbeda pada keempat tempat. Secara umum public art dapat menjadi stimulus aktivitas sosial dan dapat menimbulkan triangulation, namun satu lokasi hanya menimbulkan keterlibatan pasif. Keseluruhan lokasi membutuhkan dukungan elemen-penunjang beserta aktivitas lainnya. Penempatan public art hendaknya merupakan kesatuan dengan ruang publik dimana ia diletakkan karena public art dengan tapak berupa ruang publik turut berfungsi sebagai stimulus dan merupakan elemen ruang publik yang dapat mendorong terjadinya triangulation.. Peran public art pada ruang publik tidak hanya sekedar penghias, atau penanda tetapi berperan dalam kelangsungan aktivitas sosial di dalam ruang publik. Public art is a form of art that is placed on public space, associated with general public and concerned with response from the public in its assessment. Openness of public spaces give the possibility of multiple responses because it can be accessed by everybody. Public art with site in the form of public space contribute to elements of public space. On public space ,the users performs passive and active engagements. Passive and active engagement generate social activities. As an element of public space, public art has part in the response in the form of passive and active engagements of public space users. However, there are public art which didn't generate a response from the users of public space despite its strategic position. This minithesis covers how public art as residing in a place could affect activities of the public space. Approach used by the writer are literature study and case studies through observational methods. From the literature study, writer obtained the triangulation theory to determine how the stimulus generated by the public art as an object supports the occurrence of social activities. The case study was done by comparison to the four public space that is Bundaran Hotel Indonesia, Bundaran Bank Indonesia, Suropati Park, and the Statue of Pangeran Diponegoro. The four places have different results. In general, public art can be a stimulus of social activities and may cause triangulation, but one location only generate passive involvement. In overall location, supporting elements needed to support public art along with other activities in public spaces. Placement of public art should be an integral part of public space in which it's placed for public art with a site in the form of public space also serves as a stimulus and an element of public space that can stimulate triangulation. In conclusion, The role of public art in public spaces is not just decoration, or markers, but has a role in the continuity of social activity in public spaces. |