Schoolgang subculture: kisah geng anak sekolah di Jakarta
Ori Setianto;
Mardjono Reksodiputro, supervisor; Indriyanto Seno Adji, examiner; Rudy Satriyo Mukantardjo, examiner
([Publisher not identified]
, 2007)
|
ABSTRAK Sejarah pemuda Indonesia setelah kemerdekaan bukanlahsejarah yang melulu diisi dengan torehan prestasi dankebanggaan. Banyak prestasi pemuda-pemuda Indonesia sebagaitinta emas penghias nama bangsa. Pemuda termasuk didalamnya mahasiswa merupakan 'dinamisator' kehidupansejarah bangsa. Mulai dari jaman kemerdekaan, lahirnya'orde baru' tahun 1966, hingga reformasi 1998, tak dapatdipungkiri sedikit banyak ada sumbangsih pemuda Indonesia.Namun banyak pula guratan tinta hitam yang merusakkeindahan sejarah bangsa. Melandanya narkoba pada sebagiangenerasi muda kini adalah sejarah hitam tak terhapuskan.Masa tahun 60-80-an seolah merupakan rentang waktu tanpaprestasi dan sumbangsih yang terasa bagi kehidupan bangsa.Pada waktu itu pemuda seakan hanyut dalam kehidupannyamasing-masing yang di dalamnya mengemuka kenakalan demikenakalan. Munculnya crossboy pada dekade 60-70-anmemberikan gambaran bahwa pemuda Indonesia pernah hanyutdalam kehidupan geng yang tak berguna bahkan cenderungmerugikan dan meresahkan khalayak umum. Dilanjutkan dengankenakalan pelajar mulai tahun 70 hingga 90-an seolahmerupakan kelanjutan atau benang merah kenakalan remajapada dekade sebelumnya, yang diwujudkan dalam bentukperkelahian kelompok pelajar, fanatisme sekolah hinggamelahirkan geng anak sekolah (schoolgang). Di SMAN 70, yangdipaksa lahir untuk meredam kenakalan ternyata menjadimedium yang baik untuk munculnya model kekerasan baruakibat kekosongan norma. Kenakalan akhirnya menjalarmemasuki ruang-ruang sekolah yang mengurangi kualitas dankuantitas belajar bagi siswa. Tahun demi tahun kekerasanitu terpelihara karena tradisi (culturaly transmitted)serta digunakannya teknik-teknik netralisasi. Pemuda-pemudaitu kehilangan secara drastis kesempatan belajar dengantenang. Sementara itu, dalam kenakalannya, pelajarberadaptasi dan akhirnya menerimanya sebagai suatukesenangan meski dalam tekanan kekerasan yang tinggi daripelajar satu sekolah maupun luar sekolah. |
T37842-Robertus Ori Setianto.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | T37842 |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Penerbitan : | [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2007 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | unmediated ; computer |
Tipe Carrier : | volume ; online resource |
Deskripsi Fisik : | xi, 206 pages ; 28 cm + appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
T37842 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20269355 |