ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengungkapkan hubungan antara pemakaian suatu sebutan dengan sikap si pemakai sebutan tersebut. Yang diteliti adalah kecenderungannya. Apakah kecenderungan suatu kabar menyebut suatu kelompok perlawanan dengan istilah tertentu merupakan cerminan sikap koran bersangkutan terhadap kelompok perlawanan itu Dalam ilmu komunikasi} kajian seperti ini termasuk kedalam bidang retorika, khususnya studi semantik. Teori yang menjelaskan hubungan antara pemakaian sebutan (simbol) dengan tujuan (sikap) sang pemakai, antara lain teori segi tiga makna. Teori ini menerangkan, dipakainya sebuah simbol berdasarkan latar belakang tertentu sanggup menunjukkan tujuan Peranan latar belakang dalam menunjukkan surat tertentu penggunanya, maksud tertentu ini, lebih jelas lagi dalam analisis pentas. Sedangkan penyimpulan adanya tujuan tertentu akibat dipakainya suatu sebutan karena mempunyai latar belakang tertentu dibenarkan oleh logika substansial dari Stephen Toulmin. Dikenalnya rasa kata dalam masyarakat Indonesia, turut pula dijadikan dasar dalam melihat sikap suatu surat kabar yang cenderung memakai istilah tertentu untuk menyebut suatu kelompok perlawanan. Hasil penelitian menunjukkan, kecenderungan tersebut memang terjadi. Istilah-istilah tertentu seperti pejuang, pemberontak, grilyawan, atau gerombolan, cenderung digunakan oleh keempat harian sampel, yaitu Suara Pembaruan, Suara Karya, Pelita, dan Merdeka, untuk menyebut suatu kelompok perlawanan. Hal ini berarti adanya sikap tertentu koran tersebut terhadap kelompok itu. Apalagi hubungan penggunaan istilah-istilah dengan tujuan tertentu tersebut, dikontrol dengan faktor-faktor yang diperkiraka ikut mempengaruhinya. Maka perbedaan sikap diantara keempat harian itu menjadi makin jelas tampak ke permukaan. Di antara ketujuh kelompok perlawanan yang menjadi sampel yakni PLO, MNLF, LTTE, NPA, SWAPO, Mujahidin, dan Contra, ada yang disebut dengan istilah yang berkonotasi positif, ada pula yang digelari dengan sebutan yang berkesan negatif atau netral. Besarnya peranan faktor-faktor yang diperkirakan ikut mempengaruhi penyebutan itu nampak pula dari perbedaan sikap antar surat kabar. Misalnya Merdeka memojokkan Mujahidin, sementara ketiga harian yang lain malah mendukungnya. Atau sewaktu harian Pelita memberikan citra baik terhadap MNLF, ketiga koran yang lain menggambarkannya dengan kesan yang buruk. Dalam penelitian ini faktor-faktor pengaruh tersebut mencakup missi dan perhitungan ekonomi suatu surat kabar, kondisi sistem politik Indonesia termasuk ideologinya, serta arus informasi internasional. |