Majalah internal perusahaan adalah majalah yang ditujukan bagi publik internal suatu organisasi/perusahaan yang secara fungsional mempunyai tugas, pekerjaan, hak dan kewajiban tertentu. Majalah internal merupakan sarana yang penting dalam kegiatan Humas yaitu dalam rangka memelihara dan membina hubungan yang harmonis antara pimpinan organisasi dengan publik internalnya. Untuk mengkaji suatu majalah internal sebagai salah satu media komunikasi karyawan, peneliti menganalisis dari sudut latar belakang dan faktor-faktor yang mempengaruhi materi majalah tersebut. Serta, peneliti mengulas informasi yang ingin diketahui para karyawan dan tanggapan mereka terhadap majalah internal tersebut. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Kualitas sebagai majalah internal Dharmala Group muncul karena adanya kebutuhan akan suatu media untuk menyebarluaskan informasi secara tepat mengenai program produktivitas yang sedang dicanangkan oleh manajemen di tahun 1991. Enam bulan kemudian, format majalah ini diubah menjadi media komunikasi para karyawan dengan maksud agar supaya tidak hanya manajemen saja yang bisa menyampaikan informasi tetapi para karyawan pun bisa ikut menyampaikan informasi, saran, ide, gagasan, dll kepada karyawan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen menyadari pentingnya pengelolaan komunikasi guna mencapai tujuan perusahaan walaupun sebenarnya belum dilakukan secara maksimal karena ternyata masih terjadi lempar-lemparan tanggung jawab antara divisi Corporate Affairs dan divisi Sumber Daya Manusia dalam mengelola Kualitas. Masalah lainnya adalah perencanaan materi majalah yang tidak pernah dilakukan secara jangka panjang. Dari hasil penelitian awal ini dapat disimpulkan bahwa permasalahan terbesar Kualitas terletak di staf pelaksana majalah itu sendiri, yaitu dengan tidak tersedianya sumber daya manusia yang cukup serta kurangnya perencanaan matang mengenai materi yang akan disajikan. Pihak karyawan sebagai pembaca bisa dikatakan "sangat penurut", yaitu mereka mau membaca apa yang disajikan oleh Kualitas, walaupun dengan bersikap demikian, mereka sebetulnya justru tidak mendukung terjadinya komunikasi dua arah yang efektif di Kualitas karena mereka sendiri memiliki keengganan untuk menyampaikan ide, gagasan, keluhan, dll lewat Kualitas. |