Dengan kebebasan yang diberikan Repada laser disc saat ini, setiap orang (termasuk remaja) dapat menonton film video laser dengan bebas. Yang dikawatirkan adalah bahwa remaja, hanya menonton film-film yang ada adegan seksnya, yang akan menimbulkan keinginan dihati mereka untuk meniru yang mereka tonton "tu dalam kehidupan sehari~hari. Dalam skripsi ini penulis ber:usaha mendeskripsikan bagaimana sikap yang dimiliki remaja tersebut terhadap adegan-ad egan seks yang mereka lihat di film video laser. Penulis beranggapan bahwa frekuensi menonton mempengaruhi sikapremaja, dimana frekuensi yang terbentuk dipengaruhi oleh jeniskelamin dan konsumsi remaja akan media yang bermuatan seks. Untuk itu penulis mengamrril sampel sebanyak 100 orang remaja yang berusia 13 - 21 tahun, dengan teknik penarikan sampel bola salju. Untuk mengetahui sikap yang mereka miliki, penulis menggunakan skala Likert. Dalam penelitian terbukti bahwa jenis kelamin dan konsumsi media bermuatan seks mempengaruhi frekuensi menonton film video laser. Frekuensi menonton yang terbentuk. ini ternyata mempengaruhi sikap yang remaja miliki terhadap adegan seks di film video laser tersebut. Para remaja pria, frekuensi menonton tidak terlihat pengaruhnya dalam membentuk sikap mereka terhad~p adegan seks. Sedangkan pada remaja wanita frekuensi mempengaruhi sikap yangterbentuk; dimana frekuensi menonton yang tinggi membentuksikap yang positif, dan frekuesi menonton rendah membentuksikapnegatif. Pada remaja yang mngkonsumsi media bermuatan seksterlihat bahwa frekuensi mempengaruhi sikap mereka terhadapadegan seks . Sikap positif yang terbentuk berasal dari remajadengan frekuensi menonton tinggi. Sedangkan pada remaja yangtidak meng konsumsi media bermuatan seks, pengaruh frekuensiberbanding terbalik dengan sikap yang terbentuk. Sikap positifdimiliki oleh remaja yang frekuensi menontonnya rendah, dansikap negatif dimiliki oleh yang frkuensi menontonnya tinggi. |