Sektor pariwisata diproyeksikan menjadi andalan pemasukan devisa Indonesi pada akhir Repelita VI. Namun posisi strategis ini rentan dipengaruhi fluktuasi permintaan terhadap produk wisata. Kasus issue wabah kolera diBali atas wisatawan Jepang menunjukkan pengaruh negatif perkembangan issue yang dapat menĀ±mbulkan krisis pada sektor pariwisata. Untuk menangani krisis itu, pendekatan kehumasan terutama manajemen issue dan manajemen krisis menjadi suatu kebutuhan. Penelitian ini merupakan penelitiandeskriptif yang menguraikan manajemen krisis kehumasansaat menangani issue wabah kolera di Bali atas wisatawanJepang serta dilengkapi dengan pendapat wisatawan Jepangtentang issue wabah kolera pasca tindakan kehumasan.Untuk mengetahui manaj emen krisis, penelitimelakukan wawancara mendalam dan analisis data sekunder.Informan yang dikumpulkan secara purposive, terdiri daripihak Kanwil Depparpostel Propinsi Bali, Kanwil DepkesBali, Persatuan Hote & Restoran Indonesia Propinsi Bali,Asosiasi Biro Perjalanan Wisat Propinsi Bali da GarudaIndonesia. Sementara untuk mengetahui pendapat wisatawanJepang tentang issue, peneliti mengadakan survei ersampel50 responden, yang dikumpulkan secara accidental.Berdasarkan acuan manajemen krisis model invertedloop, yang mengenal tiga tahap tindakan kehumasan yaitutindakan segera untuk mengurangi efek negatif, manaj emenkrisis proaktif dan pembangunan kembali citra, hasilpenelitian menunjukan koordinasi penanganan masalahantarpihak yaitu gubernur (sebagai sentral koordinator)dengan Depparpostel (sebagai koordinator operasional)yang mengatur penerapan peran komponen pariwisata terkaitsaat menangani krisis, masih perlu ditingkatkan, untukmernpercepat proses pernulihan keadaan rnenuju pascakrisis |