Khasanah lagu pop anak-anak di era 1980 dan 1990-an mencatat munculnya seorang pencipta lagu bernama Papa T. Bob. Karya ciptanya yang terjual ratusan ribu kaset bahkan ada yang lebih dari satu juta menunjukkan bahwa karya-karyanya itu didengarkan secara luas oleh anak-anak. Ditinjau dari perspektif komunikasi, ini berarti lagu sebagai pesan komunikasi diterima oleh sejumlah besar komunikan. Mengingat adanya perbedaan wawasan antara penulis lagu dengan anak-anak, maka peneliti berminat untuk melakukan penelitian bertolak dari permasalahan bagaimana sebenarnya penafsiran anak-anak terhadap lagu yang didengarkannya itu serta bagaimanakah penafsiran tersebut jika dibandingkan dengan apa yang dimaksud oleh Papa T. Bob. Secara teoretis, penafsiran komunikan terhadap isi pesan dapat dijelaskan melalui proses pemaknaan tanda, yang disebut proses semiosis. Hasil penafsiran yang muncul dalam proses tersebut, selanjutnya dapat diperbandingkan dengan apa yang dimaksud oleh komunikator. Perbandingan antara keduanya dapat dijelaskan dengan sebuah model komunikasi Willbur Schramm. Adapun lagu yang menjadi objek penelitian ada lima, yakni Semut-Semut Kecit, Si Kodok, Semua Mencium, Suzan Punya Cita-Cita dan Si Komo Lewat ToLt. Data mengenai sudut pandang komunikan berupa penafsiran terhadap lagu diperoleh melalui focus group discussion (FGD). Sedangkan data mengenai sudut pandang komunikator mengenai cerita dan pesan yang dimaksud dalam lagu diperoleh melalui wawancara terbuka. Mari proses semiosis yang muncul dalam FGD dapat dilihat makna lagu bagi komunikan. Selanjutnya makna lagu bagi komunikan tersebut diperbandingkan dengan sudut pandang komunikator. Analisis perbandingan di samping menunjukkan terjadinya kesamaan dan perbedaan sudut pandang antara komunikan dengan komunikator, juga menunjukkan adanya pesan komunikasi yang ditangkap komunikan lebih dari sekedar yang dimaksudkan oleh komunikator. |