Gerbang abad 21 telah terbuka dan dibaliknya kita pun menemukansatuan-satuan kecil pola budaya yang sedikit banyak terfragmentasi, terkontaminasi,tersegmentasi dalam upaya mereka mendefinisikan diri, atau lebih tepatnya mencariidertitas di r" yang mulai tercabik-cabik dibalik hebohnya globalisasi, intemasionalisasiataL:pun universalisasi, yang tidak hanya membentuk seouah desa global tetapi jugamar1usia global dengan kesadaran global. Maka, semua kriteria kebudayaanpun terserapyanu juga mempengaruhi hal-hal yang terkesan sepele seperti aQa itu cinta, keindahan,kecantikan atau ketampanan yang universal.Per:~elitian ini berusaha melihat bagaimana sebuah majalah priamenbingkai maskulinitas. Unit analisa yang dia bil adalah majalah Men's Health edisiJanuari sampai Juli 2002. Unt k melakukan hal tersebut, dilakukan dengan analisadiskursus kritis (Critical Discourse· Analysis). Analisa model ini berusaha melihatketerkaitan antara tiga level yaitu level teks, discourse practice (produksi dan konsumsimeciia) dan level sociocultural practice.Dalam menganalisa isi media, banyak faktor yang terkait didalamnya.Fakto;-faktor tersebut berkisar da;i faktor pekerja media sebagai lr.dividu, forga~nisas i, faktor rutini~as media, faktor dari luar media, sampai ke faktor ideologi. Posisimecia yang tidak C:iapat dihindarkan sebagai i nsi:i~usi bisnis pun ikut mempengaruhi isimedianya.Analisa yang dilakukan pada level teks menghasilkan 4 buah bingkaimaskulinitas yaitu bingkai seksi dan berotot, bingkai Don Juan, bingkai kesehatan danbingkai bisnis.Analisa discourse practice melihat hubungan antara teks dan prosesproc uksi konsumsi media. Status majalah Men's Health sebagai media waralabamempengaruhi proses produksi isi media karena 60 persen edisi lokal merupakanadaptasi dari edisi internasional yang di'lokal'kan dengan menambahkan sumber-sumberloka;: Oari analisa ini terlihat bahwa faktor organisasi, audiens, pengiklan dan ideologimedia ikut mempengaruhi isi media. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi isi mediadennan caranya sendiri sehingga menghasilkan sebuah edisi majalah Men's Health Komodifikasi yang terjadi dalam majalah Men's Health meliputi komodifikasiisi, audiens dan pekerja media. Dengan analisa ekonomi politik media (komodifikasi) ini,terlihat posisi Men's Health sebagai sebuah institusi bisnis yang memperhitungkankeuntungan yang akan didapat ketika mempersiapkan dan meram!.! sebuah edisi maja!ah.Kapitalisme global mendapatkan keuntungan dari tampilan laki-laki seperti yang ada dimajalah Men's Health melalui ekspansi produk-produk bermerk internasional dan sirkulasiyan!J meningkat diberbagai negara.Analisa socio cultural dikaitkan dengan situasi kapitalisme media Indonesia,konstruksi gender, budaya fetishisme dan narsisme dalam masyarakat. Kapitalismeindustri mengakibatkan komoditas pemujaan tubuh menjadi salah satu saranamenghasilkan dan melipatgandakan kapital. Konstruksi gender menghasilkan konsepfeminin dan maskulin, yang kemudian tumbuh menjadi stereotip dalam masyarakat.Konstruksi maskulinitas terjadi sejak dini melalui sosialisasi dari berbagai pihak danmenjadi tuntutan sebuah budaya dari para laki-lakinya.Fetishisme aan narsisme, yang memfokuskan pada bentuk dan penampilanfisik juga menjadi faktor hadimya maskulinitas dala masyarakat dan timbulnyakom.odifikasi maskulinitas. Media serta medium lainnya secara sadar ataupun tidak telahikut mengkampanyekan wacana p~mujaan tubuh ini sehingga memberikan perasaan tidaknyaman bagi populash.mengenai penampilan dan perannya dalam masyarakat.Dalam konteks globalisasi, dimana batasan waktu dan tempat semakinteratasi, dunia tumbuh menjadi sebuah desa global. Media-media pun kini melakukanekspansi ke seluruh penjuru dunia dan ikut menyebarkan budaya dan nilainya sendiri yangdibc:wa dari tempat ia berasal. Maskulinitas dalam majalah Men'S Health juga dilihatsebagai sebuah ekspansi budaya dari Amerika Serikat. Konsekuensinya adalah bahwamedia tidak semata dilihat sebagai respo dari lkek11atan untuk membentuk masyarakat |