Penggunaan tanda-tanda Budaya Jawa dalam Film untuk representasi krisis tradisi dalam masyarakat Jawa modern (Studi tafsir semiotik film Bulan Tertusuk Ilalang karya Garin Nugroho)
Aryanti Rianom;
Ibnu Hamad, supervisor
([Publisher not identified]
, 2000)
|
ABSTRAK Penelitian ini merupakan studi semiotik yang dilakukan pada film karya sutradara Garin Nugroho yang berjudul Bulan Tertusuk Ilalang. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tiga hal yang berhubungan dengan proses semiosis yang terjadi pada penyampaian pesan dalam film: tanda yang dipergunakan untuk mengemas makna krisis tradisi dalam masyarakat modernisasi dalam film, beserta motif dibalik penyampaian pesan oleh sutradara dalam membuat film. Permasalahannya, apakah Garin Nugroho menunjukkan adanya krisis tradisi dalam masyarakat melalui simbol-simbol Budaya Jawa yang dipergunakannya. Permasalahan ini termasuk kajian Ilmu Komunikasi karena terdapat suatu proses penyampaian pesan (message; oleh pengirim pesan (sender) terhadap penerima (receiver) . Penelitian semiotik ini menggunakan dua teori utama Peirce untuk Analisis Semiotik dalam film Bulan Tertusuk Ilalang dan dari Charles Sanders sistem tanda Kenneth Burke untuk menganalisis motif komunikator untuk membuat film yang begitu sarat tanda namun sekaligus dengan narasi yang minimum. Melalui Analisis Semiotik Peirce ditemukan bahwa Nugroho dalam mengemas pesan dapat dilihat dalam kode sinematis dan non-sinematis/ dimana hubungan antara tanda yang dipergunakan Garin kodeindex atau sutradara menggunakan dalam budaya Jawa untuk tanda dan obyeknya dapat berbentuk iconr symbol. Dalam sinematografinya, konsep-konsep yang dikenal mengungkapkan pengaruh budaya itu dalam masyarakat. Melalui Analisis Pentad Burke, diketahui tujuan (purpose) Garin Nugroho sebagai agent yang hendak menunjukkan adanya krisis pada tradisi Jawa terhadap masyarakat yang telah dipengaruhi modernisasi. Purpose ini direpresentasikan oleh act berupa penggunaan simbolsimbol dalam Budaya Jawa yang menunjukkan bentuk kekuasaan yang mengekang pada tradisi Keraton-Solo beserta konflik yang terjadi sebagai akibat dari tradisi ini. Beberapa contoh bentuk kekuasaan yang mengekang tersebut adalah metode pengajaran yang kaku dan keras oleh Waluyo sebagai guru sanggar kesenian, serta Ayah Ilalang yang selalu harus menghukum dengan melukai. Dengan menganalisis film yang mengangkat hubungan antara Bulan, Ilalang dan Waluyo sebagai guru mereka berdua, terlihat bahwa simbol-simbol Budaya Jawa yang dipergunakan cara sebagai tanda-tanda dalam film menggambarkan tradisi yang bersifat mengekang dan mengalami krisis sebagai akibat dari perkembangan masyarakat yang hidup didalamnya. |
S3902-Aryanti Rianom.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | S-Pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Penerbitan : | [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2000 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | computer |
Tipe Carrier : | online resource |
Deskripsi Fisik : | vi, 181 pages : illustration ; 28 cm + appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S-Pdf | 14-20-073142108 | WEEDING |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20285227 |