ABSTRAK Manajer madya sebagai salah satu posisi yang tergolong eksekutif (Schultz,1987)dalam organisasi merupakan posisi strategis yang didambakan setiap orang.Meskipun mendapatkan imbalan yang potensial berupa kekuasaan, uang, status,tantangan dan pemenuhan kebutuhan diri yang besar, para manajer madya jugamemiliki beban tugas dan tanggung jawab yang berat, yang menyebabkan merekaseringkali harus mengorbankan sebagian besar waktu dan energinya untukpekerjaan dan kekurangan waktu untuk keluarga maupun rekreasi (Kofodimos,tahun tidak terselusuri). Masalah lainnya yang khas pada manajer madya adalahposisi mereka yang berada ditengah antara manajer puncak yang menetapkankebijakan perusahaan dan manajer lini (supervisor) yang mengoperasionalisasikankebijakan-kebijakan tersebut, sehingga seringkali membuat mereka merasa terjepitdan tertekan (Schultz, 1987).Tekanan-tekanan yang dihadapi manajer madya ini potensial menjadisumber stres kerja yang berdampak negatif bagi mereka yang tidak dapatmengatasinya dengan baik.. Salah satu cara yang banyak disarankan untukmengatasi stres kerja adalah dukungan sosial. Oleh karena itu pada penelitian iniingin dilihat gambaran stres kerja, gambaran dukungan sosial yang diperoleh, sertagambaran hubungan antara stres dan dukungan sosial pada manajer madya pria diJakarta.Sejauh ini penelitian-penelitian tentang stres kerja telah dititikberatkan padakonsep-konsep seperti role ambiguity dan role conflict sebagai penentu utamareaksi stres (Beehr, 1985, Fisher & Gitelson, 1983, Jackson & Schuler, 1985,dalam Spielberger, 1991). Namun studi yang dilakukan oleh Jackson & Schuler,1985 menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkatan organisasi, role conflictdan role ambiguity. Berdasarkan penelitian tersebut Spielberger mengemukakan 2aspek penyebab stres kerja, yaitu tekanan pekerjaan dan kurangnya dukungan dariorganisasi maupun orang-orang di lingkungan kerja (Spielberger, 1991). Padamanajer madya orang-orang disekitarnya mempunyai peran yang besar dalammenimbulkan stres maupun membantu mengatasinya. Banyak penelitian yang telah membuktikan besarnya manfaat dukungan sosial, terutama dalam perannya sebagaipenahan (buffer) stres. Dari beberapa jenis dukungan sosial yang diajukan peneliti-peneliti sebelumnya, peneliti memilih 7 jenis dukungan (instrumental, informasi,evaluasi, emosi, model, penghargaan, jaringan) untuk digunakan pada penelitianini.Subyek penelitian ini adalah 58 orang manajer madya pria dari berbagaiperusahaan, di Jakarta, yang di ambil dengan menggunakan teknik incidentalsampling. Alat ukur yang digunakan adalah job stress survey (ISS) untukmengukur stres kerja dan kuesioner dukungan sosial untuk mengukur dukungansosial yang diperoleh dan sumber dukungan. Pengolahan data dilakukan denganmenghitung persentase (deskriptif statistik) dan korelasi Pearson Product Momentuntuk melihat hubungan antara stres dan dukungan sosial.Hasil penelitian menunjukkan gambaran stres kerja yang dialami paramanajer madya pria di Jakarta secara keseluruhan, intensitas maupun frekuensinyatergolong sedang, baik yang disebabkan aspek tekanan pekerjaan maupunkurangnya dukungan. Terlihat juga bahwa 3 stresor yang memiliki pengaruhrelatif terbesar merupakan stresor tekanan pekerjaan (berurusan dengan situasikrisis; harus memenuhi tenggat waktu; dan bekerja melebihi batas waktu yang telahditetapkan). Gambaran dukungan sosial yang diperoleh manajer madyamenunjukkan hasil yang tergolong sedang, secara total maupun pada setiap jenisdukungan sosial. Sernentara orang-orang yang paling diandalkan subyek sebagaisumber dukungan sosial di lingkungan kerja adalah atasan langsung (dukunganinstrumental, informasi, evaluasi, model dan penghargaan), bawahan (dukunganinstrumental), rekan kerja setara (dukungan informasi dan jaringan). Dilingkungan keluarga dukungan sosial terutama diperoleh dari istri (dukunganevaluasi, emosi dan jaringan), serta orang tua (dukungan model). Orang-orangyang dipilih subyek sebagai peringkat kedua paling banyak memberi dukunganadalah rekan kerja setara (semua jenis dukungan). Sebagian besar hubungan antaradimensi/subdimensi stres dengan dimensi-dimensi dukungan sosial tidak signifikan.Tetapi terdapat beberapa hubungan yang signifikan, yaitu antara indeks kurangnyadukungan dari stres dengan dukungan sosial total, dukungan instrumental, evaluasi,emosi dan jaringan; serta antara subdimensi frekuensi kurangnya dukungan daristres dengan dukungan instrumental dan evaluasi.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan mengenai streskerja dan peran dukungan sosial dalam mengatasi stres kerja, khususnya padamanajer madya pria, di Jakarta sehingga selanjutnya dapat dimanfaatkan untukmenentukan cara yang sesuai dan efektif bagi usaha-usaha maupun program-program yang dibuat dengan tujuan mengatasi stres kerja. |