ABSTRAK Kenakalan remaja atau dikenal juga sebagai 'juveniledelinquency, di kota besar seperti Jakarta sudah cukupmemprihatinkan masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhikenakalan remaja tersebut, namun ada 2 hal yang dapatdikemukan disini yaitu keadaan keluarga yang tidak harmonisdan kondisi lingkungan sosio-ekonomi rendah atau kurangmenguntungkan.Dari penelitian yang dilakukan oleh Cole dan Hall(1970) perilaku delinkuen sebagian besar (85%) dilakukanoleh para remaja dari lapisan sosial bawah dan keadaankeluarga yang tidak hangat, hanya 15% dari mereka tidakdelinkuen. Namun 15% dari mereka tidak berperilaku delinkuententu ada faktor lain yang menyebabkan hal itu. Penulisberpikir faktor lain tersebut kemungkinan berkaitan denganharga diri.Menurut Battle (1981) harga diri berpengaruh terhadaptingkah laku. Sedangkan penelitian yang dilakukan Aronson(1973) menunjukkan bahwa seseorang dengan harga diri yangrendah, lebih besar kemungkinannya untuk menampilkanperilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral (aturan)di masyarakat.Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penelitian yangakan dilakukan adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaanself esteem pada mereka.Penelitian yang bersifat deskriptif ini berusahamencari jawaban atas permasalahan dengan menggunakan metode kuantitatif. Untuk mengukur harga diri digunakan alat ukurCulture-Free Self-Estem Inventory for Childern andAdults (C-FSEI). Subyek yang digunakan dalam penelitian iniadalah remaja berusia 14 sampai 18 tahun. Jumlah subyek 90orang.Hasil penelitian memperlihatkan bahwa antara remajadelinkuen dan non delinkuen dari keluarga yang tidakharmonis dan tinggal di lingkungan kumuh berbeda hargadirinya. Hasil yang signifikan ini sesuai dengan yang dike-mukakan oleh Elliot Aronson dan David R. Hette (Aronson,1973) yang melihat bahwa ada perbedaan harga diri dalamperilaku seseorang. Seseorang dengan harga diri yang rendah,lebih besar kemungkinannya untuk menampilkan perilakuyang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral (aturan) dimasyarakat.Namun dalam penelitian ini ada beberapa kelemahan yangterjadi, seperti sample yang homogen. Disamping itu jugapenggunaan kuesioner tidak disertai wawancara yang lebihmendalam, menyebabkan subyek mepunyai kesempatan menjawabdengan kurang objektif. Hal lainnya adalah pemberian skoryang sama pada perilaku delinkuen yang berbeda.Untuk penelitian lebih lanjut, diusahakan sample yanglebih besar untuk dengan karakteristik lingkungan yang agakherbeda, meski dari sosio-ekonomi yang sama. Hal inidilakukan untuk menhindari homogenitas pada sample.Penggunaan metode wawancara yang mendalam perlu disertakanuntuk meningkatkan objektifitas dari jawaban-jawaban subyek.Hal lainnya yang tak kalah penting adalah pemberian bobotpenilaian pada setiap perilaku delinkuen karena kualitasdelinkuen tidaklah sama. |