ABSTRAK Seorang manajer dituntut untuk seialu menunjukkan citranya sebagaieksekutif. Upaya ini untuk mengolah dengan cara memanipulasi kesan fisik dikenalsebagai upaya impression management. Konsep ini diperkcnalkan oieh ErvingGoffman (1959), seorang sosiolog Amerika yang menjelaskan kecenderunganseseorang untuk menyesuaikan antara harapan masyarakat dengan peran yangdisandang oleh seorang.Sebagai salah satu cara untuk menirigkatkan citranya, yakni denganmemakai benda-benda yang melekat dan berkaitan dengan identitasnya.Kemampuan untuk mengolah kesan yang positif sesuai dengan peran yangdisandang akan membantu manajer untuk menjalankan tugas dan fungsikemanajerialan. Peran sebagai eksekutif seiing berhubungan dengan orang lain,membuat manajer dituntut untuk seialu raenjaga wibawanya. Fungsi-fungsimanajeriai seperti conlrolling. stajfing, organizing. leading, dan planning, dapatbeijalan lancar jika kewibawaan manajer seialu dijaga. Konsep yang dapatnienjelaskan bagaimana seorang manajer dapat menampilkan kesan atau citra yangpositif sesuai dengan perannya, yakni self motiitoring. Menurut Snyder (1974),konsep self monitoring ini merujuk pada lima komponen yakni, pertama.menyangkut keputusan sosial dari presentasi diri seseorang di hadapan publlik ;kedua, perhatian terhadap informasi tentang berbagai perbandingan sosial sebagaiisyarat-isyarat dari penampilan diri yang bagaimana yang pantas jika berada dalamsituasi terlentu , ketiua. kemampuan seseorang untuk mengontrol dan memodifikasiekspresi tingkalh laku , keemoat, pemanfaatan dan penggunaan kemampuantersebut dalam situasi-sitiasu khusus, dan terakhir kelima, sampai seberapa jauhekspresi tingkah laku dan presentasi diri seseorang bentuk untuk menyesuaikan dengan situasi-situsi khusus. Dalam pengukurannya Seli Monitoring, dibagi menjaditiga aspek yakni Ekstraversion-Intraversion, Self Directedness, Acting Out.Aspek pertama, Ekstraversion-Introversion mengukur kemampuan self explanatory,yakni kesediaan individu dalam mengorienlasikan diri berhubungan dengan oranglain. Aspek kedua, Otherdirectedness, mengukur kemauan atau kesediaan untukmengubah tingkah laku di hadapan orang lain. Sedangkan aspek ketiga yakni ActingOut, mengukur kemampuan seseorang untuk mengontrol dan memodifikasipresentasi diri dan tingkah laku ekspresif yang sponlas dalam situasi publik. Singkatkata pengukuran self monitoring ini secara keseluruhan unutk melihat duakemampuan yakni kemampuan mengatur dan kemampuan menjaga kesan positifpenilain orang lain terhadap penampilan diri.Salah satu cara mengkomunikasikan citra dan wibawa, yakni dengan caramemakai barang-barang bermerek yang mahal. Gaya hidup manajer selama inidianggap high profile, mengingat pola konsumsinya terhadap barang-barang yangmahal. Salah satu barang yang melekat dan berkaitan erat dengan identitas manajer,yakni busana eksekutif. Busana eksekutif dibatasi sebagai busana keija yang dipakaimanajer dalam lingkungan formalnya (setting keija). Busana ini terdiri; kemeja dancelana panjang untuk pria, blues dan blazer untuk wanita. Merek-merek terkenalyang telah mendunia (international) menjadi pilihan utama setelah bentukmorfologisnya. Merek-merek tersebut berharga mahal dan tidak semua orang dapatmengkonsumsinya. Alasan mereka yang mengkonsumsi busana mahal tersebutberaneka ragam. Namun jika dicermati terdapat dua alasan yakni sebagai ekspresihedonis dan utilitaraian Loudoun & Delabitta (199j). Sebagai ekspresi hedonismerujuk pada pengakuan terhadaj^ social power, seperti kekayaan, kemakmuran,dan kekuasaan. Sedangkan utilitarian motif mementingkan asas kegunaan, danbiasanya menjadi perilaku instrumental untuk mencapai tujuan utama. Motif-motifpembelian ini berkaitan dengan keyakinan atau belief seseorang. Untuk mengetahuisecara pasti, maka diperlukan penelitian yang dapat melihat belief-belief tersebut.Konsep yang dapat melihat secara luas, namun tepat melihat keinginan manajeruntuk membeli busana eksekutif terkenal, yakni intensi. Konsep intensi inidiperkenalkan oleh Fishbein & Ajzen (1975) yang mendefinisikannya sebagaikecenderungan seseorang menempatkan diri dalam dimensi probabUitas yangmelibatkan dirinya dan tingkah laku. Dalam upaya melengkapi konsep ini Ajzeo(1988) mengoreksi dengan menambahkan satu komponen penting dari intensi,sehingga menjadi tiga komponen, yakm sikap, norma subyektif, dan yang baruperceived behavior control (PBC). Sikap dipengaruhi oleh dua variabel yakni beliefbehavior, yakni keyakinan seseorang tentang tingkah laku tersebut, dan out comesevaluation, yakni evaluasi terhadap konsekuensi yang diterima jika memunculkantingkah laku tersebut. Norma subyektif terdiri dari dua bagian yakni normatif belief,yakni keyakinan bahwa terdapat orang-orang yang penting {signiftkan others)menginginkan seseorang untuk menampilkan tingkah laku. Aspek kedua dari normasubyektif yakni motivation to comply yakni kesediaan untuk memenuhi harapansignifikan others. Sedangkan PBC terdiri dari aspek control belief yakni keyakinanbahwa terdapat sumberdaya dan kesempatan yang dibutuhkan untuk menampilkantingkah laku, aspek kedua perceived pmver yak " terdapat kontrol langsung yang dimiliki subyek untuk menampilakn tingkah laku tertentu. Pengukuran terhadapkonstruk intensl ini semakin relevan jika dikaitkan dengan adanya krisis ekonomi,dimana terdapat asumsi bahwa upaya penghematan seseorang sebagai respon dariadanya inflasi yang tinggi akan mempengaruhi keinginan sseorang manajer untukmembeli busana-busana yang mahal.Penelitian ini mempunyai empat tujuan yakni, pertama, ingin melihatbagaimana gambaran self monitoring manajer, kedua bagaimana intensi manajeruntuk membelibusana eksekutif bermerek terkenal. ketiga, ingin melihat seberapabesar pengaruh sunmbangan komponen sikap, nomna subyektif, dan perceivedbehavior control, dan keempat ingin melihat apakah ada hubungan antara selfmonitoring dengan intensi untuk membeli busana eksekutif bermerek terkenal padamanajer. Penelitian ini menggunakan sampel manajer lini pertama, manajer madya,dan manajer puncak mengingat bahwa indikasi kuat bahwa ketiga kelompok inimempunyai daya beli yang cukup tinggi untuk membeli busana-busana mahal.Penentuan sampel menggunakan tekmk accidental sampling, dimana sampel yangtersedia dapat diambil asal memenuhi syarat karakteristik sampel. Teknik samplingini termasuk non probability sampling, dimana setiap subyek penelitian tidakmempunyai peluang yang sama menjadi sampel penelitian. Jumlah sampel yangdapat diambil sebanyak 127 orang.Dari basil penelitian menemukan bahwa self monitoing para manajer rataratatinggi. Terdapat perbedaan yang signifikan antara manajer puncak, madya, danlini pertama dalam self monitoringnya, dimana semakin tinggi jabatan seseorangSMnya semakin tinggi. Penelitian ini juga menemukan bahwa intensi manajeruntuk membeli busana eksekutif bermerek terkenal cendemng tinggi. Terdapatperbedaan intensi yang signifikan antara manajer puncak, madya dan Kni pertama.Perbedaan ini rupanya masih berhubungan erat dengan daya beli mereka. Manajerpuncak dan manajer madya masih menganggap dirinya masih mampu membelibusana-busana tersebut meskipun makin mahal. Dari penelitian tentang belief-beliefmereka nampaknya para manajer terdorong untuk membeli busana busana tersebutlebih dikarenakan pertimbangan utilitarian yang melihat sebagai tingkah lakumemakai busana eksekutif bermerek terkenal sebagai salah cara untuk meraihkewibawaan dan mendapatkan legitimasi yang wajar. Dari hasil penelitian inimenunjukkan bahwa komponen PBCD merupakan prediktor terbaik dari duakomponen sikap dan norma subyektif. Hasil ini sesuai dengan teori Ajzen (1988)bahwa persepsi terhadap sumberdaya mempengaruhi kontrol seseorang dalammemunculkan tingkah laku. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa selama daya belimasih tinggi, tingkah laku akan dimunculkan seseorang. Namun dari hasil ini dayabeli tersebut masih dimiliki kelompok manajer puncak dan madya yang memangmempunyai penghasilan yang cukup, meski berada dalam situasi ekonomi yang sulit.Hasil utama lain dari penelitian ini, yakni bahwa terdapat hubungan yang positif dansignifikan antara self monitoring dengan intensi manajer untuk membeli busanaeksekutif bermerek terkenal yang mahal. Hal ini berarti semakin tinggi SM manajersemakin tinggi pula intensinya untuk membeli busana-busana mahal tersebut. |