:: UI - Skripsi Membership :: Kembali

UI - Skripsi Membership :: Kembali

Hubungan antara sikap terhadap nilai anak dengan preferensi terhadap ukuran keluarga (Studi deksriptif pada dewasa muda yang belum menikah)

Tri Ambarsari H.; Amarina Ashar Ariyanto, supervisor; Subyakto Atmosiswoyo, supervisor ([Publisher not identified] , 1997)

 Abstrak

ABSTRAK
Keberhasilan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial berkaitan
erat dengan Iaju pertumbuhan penduduk. Saat ini jumlah penduduk indonesia
sudah mencapai 200 juta jiwa dan menempati urutan ke-empat terbesar di dunia.
Untuk menekan Iaju pertumbuhan penduduk sehingga mencapai kondisi Penduduk
Tumbuh Seimbang (PTS), maka pemerintah mencanangkan program nasional
gerakan Keluarga Berencana (KB). Usaha dari program KB tidak hanya ditekankan
pada cara-cara klinis saja, tetapi juga dengan memberi pengertian dengan harapan
terjadi perubahan sikap hidup masyarakat dari berkeluarga besar menjadi
berkeluarga kecil. Hasil survey menunjukkan bahwa jumlah akseptor KB dari tahun
ke tahun terus meningkat, bahkan kadang-kadang malahan melebihi jumlah yang
telah ditargetkan untuk suatu periode tertentu.
Walaupun program KB telah menunjukkan hasil nyata dalam menekan Iaju
perrtumbuhan penduduk dengan memasyarakatkan keiuarga kecil (keluarga
dengan 2 anak) sebagai ukuran keluarga ideal, namun masih terdapat masalah
dalam usaha-usaha untuk mencapai kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS).
Masalah tersebut adalah kenyataan bahwa penelitian-penelitian menunjukkan
masih banyak pasangan nikah di Indonesia yang cenderung menginginkan
keluarga besar yaitu keluarga dengan anak banyak, karena mereka berpandangan
bahwa ukuran keluarga ideal adalah keluarga dengan jumlah anak 4-5 orang.
Menurut para ahli, preferensi keluarga besar sebagai ukuran keluarga ideal
yang masih dianut oleh sebagian masyarakat disebabkan karena anak mempunyai
nilai tertentu bagi orangtua (value of children). Usaha untuk membentuk keluarga
kecil akan mengalami kesulitan seandainya anak bagi orangtua mempunyai nilai
atau arti yang tinggi. Secara teoritis, semakin tinggi nilai anak, makin besar
keinginan untuk punya anak banyak. Dengan kata Iain jumlah anak dalam suatu
keluarga dipengaruhi nilai anak bagi orang tua. Para ahli mengatakan mengatakan
bahwa nilai anak bagi orang tua bisa ?berharga" positif (positive values/
satisfactions), yaitu memberikan kepuasan atau manfaat, tetapi bisa juga
?berharga? negatif (negative valuesfcosts), yaitu merupakan biaya atau beban.
Dengan kata lain, nilai anak adalah kegunaan dan kepuasaan yang dapat
diberikan seorang anak kepada orang tuanya dan biaya atau beban yang harus
ditanggung orang tuanya dari konsekuensi memiliki anak.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melihat bagaimakah hubungan
sikap terhadap nilai anak dengan preferensi terhadap ukuran keluarga, karena
menurut para ahli, nilai anak dalam keluarga tergantung pada sikap orang tua
terhadap anak. Sedangkan jumlah anak dalam suatu keluarga dipengaruhi nilai
anak bagi orang tua. Penelitian tentang sikap ini, khususnya sikap individu yang
berada pada tahapan usia dewasa muda yang belum menikah, merupakan hal
penting karena diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
kecenderungan perilaku fertilitas individu tersebut. Dengan demikian, perilaku
fertilitas mereka di masa yang akan datang dapat diantisipasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Zanden (1984) yang mengatakan bahwa dengan memahami
sikap seseorang maka dapat diperkirakan kecenderungan tingkah laku apa yang
akan muncul.
Penelitian ini bersifat deskriptif dan dilakukan pada 223 subyek. Dalam
penelitian ini, ada 2 instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data. lnstrumen
pertama untuk mengukur sikap terhadap nilai anak dan instrumen yang kedua
untuk mengukur preferensi terhadap ukuran keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
sikap terhadap nilai anak dan preferensi terhadap ukuran keluarga, dimana subyek
yang cenderung bersikap negatif terhadap nilai anak mempunyai preferensi
keluarga kecil dan sebaliknya subyek yang cenderung bersikap positif mempunyai
preferensi keluarga besar.
Untuk penelitian lebih lanjut peneliti menyarankan untuk melakukan pada
sampel dengan karakteristik yang beragam misalnya pendidikan dan jenis kelamin
sehingga hasilnya bisa dibandingkan dan semakin jelas sasaran perubahan sikap
yang akan dilakukan. Menurut para ahli, sikap terbentuk dari pengalaman, melalui
proses belajar sehingga bisa dibentuk, dikembangkan dan diubah. Dengan
demikian pemerintah dapat merencanakan intervensi psikologis yang
memungkinkan, untuk mengubah sikap dewasa muda sehingga Iebih sesuai
dengan kondisi ideal, yang dapat menunjang program pemerintah dalam menekan
Iaju pertumbuhan penduduk sekaligus melembagakan norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.

 File Digital: 1

Shelf
 S2458-Tri Ambarsari H.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : S2458
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1997
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : viii, 99 pages : illustration ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
S2458 14-18-045940476 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20286638