Deskripsi Lengkap
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text (rdacontent) |
Tipe Media : | unmediated (rdamedia); computer (rdamedia) |
Tipe Carrier : | volume (rdacarrier); online resource (rdacarrier) |
Deskripsi Fisik : | x, 100 pages ; 28 cm + appendix |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
- Ketersediaan
- File Digital: 1
- Ulasan
- Sampul
- Abstrak
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S2566 | 14-18-857386122 | TERSEDIA |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20286741 |
Abstrak
ABSTRAK
Manusia selalu merasakan kekurangan pada dirinya sehingga kebutuhan untuk menutupi kekurangannya itu pun selalu mewarnai kehidupannya. Kebutuhan ini dapat distimulasi oleh proses internal, tetapi lebih sering oleh faktor-faktor lingkungan (Murray, 1938, dalam Hall & Lindzey, 1985).
Salah satu faktor lingkungan manusia adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan primer yang di dalamnya terjalin interaksi yang mendalam. Seorang anak perlu mengalami iklim keluarga yang menyenangkan sepanjang masa kanak-kanaknya. Lingkungan keluarga yang menyenangkan adalah lingkungan yang mampu menyediakan kehangatan dan penerimaan terhadap anak. Iklim rumah yang positif biasanya menjalankan disiplin yang konsisten, menimbulkan kompetensi sosial dan emosional, dan responsif terhadap kebutuhan pertumbuhan anak (Turner & Helms, 1995).
Namun demikian, banyak anak yang tidak memperoleh pengalaman berada di lingkungan keluarga yang seharusnya. Mereka harus berpisah dari orangtua dan menjalani masa kanak-kanak dan remaja di panti asuhan. Panti asuhan memang dapat memenuhi banyak kebutuhan remaja, tetapi anak asuh tidak dapat terus menggantungkan hidupnya pada panti asuhan. Begitu menyelesaikan sekolah, anak asuh diharapkan sudah mampu untuk mandiri dan menentukan pilihan hidupnya. Dengan kata Iain tuntutan hidup mereka lebih berat daripada remaja yang bingung dalam di rumah bersama orangtuanya
Remaja, baik yang tingal di panti asuhan maupun di rumah bersama orangtua, dituntut untuk menyesuaikan diri dengan banyak perubahan pada dirinya. Walaupun demikian, tidak mudah bagi remaja untuk merencanakan masa depannya. Sering ditemui remaja bingung dalam menentukan langkah dan kesulitan dalam mengemukakan keinginannya.
Masa remaja juga ditandai dengan adanya kebutuhan. Para ahli sepakat tentang adanya kebutuhan yang khas bagi remaja. Belum ada kesepakatan tentang apa bentuk kebutuhan yang khas itu dan mana kebutuhan yang menonjol. Kalaupun ada ahli yang mengemukakan tentang kebutuhan remaja, kebutuhan-kebutuhan itu tidak pasti dapat diberlakukan bagi seluruh remain.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kebutuhan remaja yang tinggal di panti asuhan. Penelitian dilakukan di Jakarta, yaitu membandingkan kebutuhan antara remaja yang baru tingal di panti asuhan dengan yang lama tinggal di panti asuhan, antara remaja panti asuhan perempuan dengan laki-laki, dan antara remaja panti asuhan dengan remaja non panti asuhan.
Pengambllan subyek dilakukan dengan teknik incidental sampling. Subyek adalah penghuni panti asuhan dan bukan penghuni panti asuhan yang berusia 15 sampai 19 tahun. Subyek sejumlah 35 orang berasal dari Panti Asuhan Tanjung Barat di Tanjung Barat, Panti Asuhan Al-Khairiyah di Terogong, Panti Asuhan Jos Sudarso di Cilandak, dan Panti Asuhan Harapan Remaja di Rawamangun. Subyek yang tinggal bersama keluarga di luar panti asuhan berjumlah 45 orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) dan pertanyaan terbuka untuk menambah analisis data. Dalam analisis data digunakan analisis statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan remaja yang tinggal di panti asuhan dan yang tidak tinggal di panti asuhan yang menonjol adalah kebutuhan afiliasi. Kebutuhan remaja yang tinggal di panti asuhan yang paling tidak menonjol adalah kebutuhan dominasi, sementara bagi remaja yang tidak tinggal di panti asuhan adalah kebutuhan untuk patuh (need for deference). Baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki yang tinggal di panti asuhan memiliki kebutuhan afiliasi yang menonjol dan kebutuhan dominasi yang sangat tidak menonjol. Begitu pula pada penghuni yang baru maupun yang lama pada panti asuhan.
Manusia selalu merasakan kekurangan pada dirinya sehingga kebutuhan untuk menutupi kekurangannya itu pun selalu mewarnai kehidupannya. Kebutuhan ini dapat distimulasi oleh proses internal, tetapi lebih sering oleh faktor-faktor lingkungan (Murray, 1938, dalam Hall & Lindzey, 1985).
Salah satu faktor lingkungan manusia adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan primer yang di dalamnya terjalin interaksi yang mendalam. Seorang anak perlu mengalami iklim keluarga yang menyenangkan sepanjang masa kanak-kanaknya. Lingkungan keluarga yang menyenangkan adalah lingkungan yang mampu menyediakan kehangatan dan penerimaan terhadap anak. Iklim rumah yang positif biasanya menjalankan disiplin yang konsisten, menimbulkan kompetensi sosial dan emosional, dan responsif terhadap kebutuhan pertumbuhan anak (Turner & Helms, 1995).
Namun demikian, banyak anak yang tidak memperoleh pengalaman berada di lingkungan keluarga yang seharusnya. Mereka harus berpisah dari orangtua dan menjalani masa kanak-kanak dan remaja di panti asuhan. Panti asuhan memang dapat memenuhi banyak kebutuhan remaja, tetapi anak asuh tidak dapat terus menggantungkan hidupnya pada panti asuhan. Begitu menyelesaikan sekolah, anak asuh diharapkan sudah mampu untuk mandiri dan menentukan pilihan hidupnya. Dengan kata Iain tuntutan hidup mereka lebih berat daripada remaja yang bingung dalam di rumah bersama orangtuanya
Remaja, baik yang tingal di panti asuhan maupun di rumah bersama orangtua, dituntut untuk menyesuaikan diri dengan banyak perubahan pada dirinya. Walaupun demikian, tidak mudah bagi remaja untuk merencanakan masa depannya. Sering ditemui remaja bingung dalam menentukan langkah dan kesulitan dalam mengemukakan keinginannya.
Masa remaja juga ditandai dengan adanya kebutuhan. Para ahli sepakat tentang adanya kebutuhan yang khas bagi remaja. Belum ada kesepakatan tentang apa bentuk kebutuhan yang khas itu dan mana kebutuhan yang menonjol. Kalaupun ada ahli yang mengemukakan tentang kebutuhan remaja, kebutuhan-kebutuhan itu tidak pasti dapat diberlakukan bagi seluruh remain.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kebutuhan remaja yang tinggal di panti asuhan. Penelitian dilakukan di Jakarta, yaitu membandingkan kebutuhan antara remaja yang baru tingal di panti asuhan dengan yang lama tinggal di panti asuhan, antara remaja panti asuhan perempuan dengan laki-laki, dan antara remaja panti asuhan dengan remaja non panti asuhan.
Pengambllan subyek dilakukan dengan teknik incidental sampling. Subyek adalah penghuni panti asuhan dan bukan penghuni panti asuhan yang berusia 15 sampai 19 tahun. Subyek sejumlah 35 orang berasal dari Panti Asuhan Tanjung Barat di Tanjung Barat, Panti Asuhan Al-Khairiyah di Terogong, Panti Asuhan Jos Sudarso di Cilandak, dan Panti Asuhan Harapan Remaja di Rawamangun. Subyek yang tinggal bersama keluarga di luar panti asuhan berjumlah 45 orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah Edwards Personal Preference Schedule (EPPS) dan pertanyaan terbuka untuk menambah analisis data. Dalam analisis data digunakan analisis statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan remaja yang tinggal di panti asuhan dan yang tidak tinggal di panti asuhan yang menonjol adalah kebutuhan afiliasi. Kebutuhan remaja yang tinggal di panti asuhan yang paling tidak menonjol adalah kebutuhan dominasi, sementara bagi remaja yang tidak tinggal di panti asuhan adalah kebutuhan untuk patuh (need for deference). Baik pada remaja perempuan maupun remaja laki-laki yang tinggal di panti asuhan memiliki kebutuhan afiliasi yang menonjol dan kebutuhan dominasi yang sangat tidak menonjol. Begitu pula pada penghuni yang baru maupun yang lama pada panti asuhan.