ABSTRAK Masa lanjut usia (selanjutnya disebut lansia) adalah tahap akhir perkembangankehidupan seseorang dan merupakan masa yang paling dekat dengan kematian. Padamasa ini terjadi proses menua {aging) yang ditandai dengan terjadinya penurunankemampuan fisik yang tidak bisa dihindari dan antara lain bisa meningkatkanterjadinya. kecelakaan dan timbulnya penyakit.Semakin bertambah tua seseorang dengan segala kemunduran yangdialaminya, pikiran-pikiran mengenai kematian mulai timbul. Teori Levinson (1978)yang menekankan pada adanya masa transisFpada setiap taliap kehidupan manusiapun menganggap bahwa pada saat itu kehidupan tidak lagi dipandang sebagai waktuyang kita miliki sejak kita dilahirkan, tapi lebih sebagai waktu yang tersisa sampaipada akliir kehidupan. Erikson (1963) menambahkan pentingnya merencanakankehidupan dalam sisa waktu tersebui mengisinya dengan hal-hal yang berguna danpada akhirnya mampu menghadapi kematian tanpa rasa takut yang berlebihan. Jikamereka percaya akan adanya kehidupan setelah kematian, maka penting adanyapersiapan-persiapan untuk memasuki suatu babak kehidupan baru.Dalam kehidupan sehari-hari, profesi yang paling sering menghadapikematian adalah dokter. Sebagai ahli dalam bidang kesehatan, sebagian besar waktu dan hidupnya dihabiskan untuk mengobati orang sakit, bahkan untuk dokter spesialistertentu seringkali harus berhadapan dengan pasien-pasien yang menderita terminaldiseases. Menurut Kasper (dalam Feifel, 1959) seorang dokter mempunyai pekerjaantambahan untuk melawan takdir manusia : kematian. Dalam ha! ini kematian dilihatsebagai kenyataan obyektif yang terjadi pada orang lain; padahal kematian terjadipada semua orang, tak terkecuali dirinya.Kematian sebagai kenyataan obyektif tentu berbeda dengan dekatnyakematian sebagai penghayatan subyektif. Di balik semua usalianya untuk mengobatipasien dan menghindarkan mereka dari kematian, dokter tahu bahwa dia akanmenghadapi kematian juga seperti pasien-pasiennya selama ini (Wheelis, 1958; dalamFeifel, 1959), Maka bagaimana para dokter menghayati keadaan dirinya sebagaimanusia yang tidak terlepas dari kematian -apalagi saat mereka memasuki masalansia- serta bagaimana persiapan-persiapan yang mereka lakukan, merupakanpermasalahan yang menarik.Penghayatan terhadap keadaan yang dialami seseorang sehubungan dengankematian merupakan masalah yang sensitif dan seringkali bersifat subyektif, baik itumenyangkut sikap, emosi maupun proses-proses internal lainnya (Bern; dalam Deaux& Wrightsman, 1984); maka penelitian ini menggunakan metode studi kasus denganmengambil 6 orang pensiunan dokter yang berusia antara 60-79 tahun sebagaisubyek, yaitu meliputi 2 kategori penggolongan menurut Burnside (1979; dalamCraig, 1986) yaitu The Young-Old (60-69 tahun) dan The Middle-Aged Old (70-79tahun). Penelitian ini mengambil pensiunan dokter sebagai subyek karena kehilanganpekerjaan yang disebabkan karena faktor usia menyadarkan seseorang bahwa dirinyasudah memasuki tahap akliir dalam kehidupan. Dengan berkurangnya aktivitas dantuntutan masyarakat, lansia pun mulal menyadari kondisi fisiknya yang menurun sertamerasakan keluhan-keluhan kesehatan; saat inilah lansia mulai berpikir akan akhirkehidupannya. Profesi dokter yang dibutulikan dalam penelitian ini adalah spesialisasi yang memungkinkan dokter tersebut dalam masa kerjanya berhadapan dengan banyakkematian pasien, sehingga wawasan pengetahuan dan pengalaman yang 'lebih' akanmembantu mengungkapkan penghayatannya akan kematian.Usia subyek tidakmelebihi 80 tahun, karena menurut Burnside umumnya orang yang telah memasukiusia 80 tahun keatas akan mengalami penurunan kondisi kesehatan, penurunankemanipuan adaptasi, serta peningkatan kesulitan dalam berhubungan dengansekelilingnya.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dan dalam peiaksanaannyapengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam{depth interview) karena menyangkut perasaan dan pengalaman, serta penghayatansubyek tentang hal yang sangat sensitif. Wawancara ini dibantu dengan pedomanwawancara berupa kuesioner yang bersifat open-ended.Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa subyek penelitian menyadariadanya penurunan kondisi fisik dan mental sebagai akibat dari proses menua.Menghadapi hal itu subyek memilih untuk tetap beraktivitas, tetap praktek walaupundalam frekwensi yang terbatas, bersibuk diri dengan hobi yang sebeiumnya tidaksempat dilakukan, atau memilih untuk lebih banyak berkumpul dengan keluarga.Mengenai kegiatan praktek, hal ini tampaknya berkaitan dengan usaha mereka untukmenghayati eksistensi mereka sebagai keberadaan yang bermakna. Denganmelanjutkan prakteknya mereka merasa tetap bisa berguna sekaligus terhindar darikesadaran akan kemunduran flsik dan mental serta rasa ketidakberdayaan yang seringdialami iansia, Penyakit yang didcrita pun tidak menghalangi mereka untuk tetapoptimis,dilihat dari usaha mereka untuk melawan penyakit itu.Mengenai kematian yang selama masa kerjanya dilihat sebagai sesuatu yangterjadi diluar diri, subyek menyadari bahwa hal itu pun akan terjadi pada diri mereka.Subyek mempunyai pandangan religius mengenai kematian; mereka berpendapatbahwa kematian merupakan takdir yang berlaku bagi manusia, dan cepat atau lambat pasti akan tiba saatnya tanpa mungkin menghindarinya. Bagi subyek, kematian adalahsaal peralihan menuju kehidupan lain yang lebih kekal. Karena pandangan inidiperoleh dan ajaran agama masing-masing, maka subyek pada sisa hidupnyaumumnya berusaha untuk meiaksanakan perintah agamanya masing-masing, berbuatbaik kepada sesama agar mendapat pahala dalam kehidupan sesudah kematian.Bahkan ada diantaranya subyek yang lebih optimistik menghadapi kematian, karenapercaya bahwa kehidupan sesudah kematian lebih banyak menjanjikan kenikmatan.Subyek juga menyatakan harapan agar kematiannya tidak didahului oleh rasa sakitdan beban penderitaan baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.Sebagai realisasi dari kesadaran akan datangnya kematian, subyek mulaimelakukan persiapan-persiapan. Persiapan itu meliputi hal-hal yang bersifat materialseperti menyediakan rumah yang layak bagi keluarganya, tabungan dan depositountuk menghindari kesulitan ekonomi keluarga, dan mempersiapkan pembagianwarisan agar sepeninggalnya nanti tidak terjadi sengketa antara sesama anggotakeluarga. Persiapan material ini lebih ditujukan pada keluarga yang ditinggalkanseperti anak, istri, dan cucu. Dalam hal ini tampaknya kedua subyek wanita dalampenelitian tidak terlalu terbebani. Mungkin karena kedua subyek ada dalam situasisedemikian rupa sehingga beban pikiran mengenai persiapan material tidak seberatpada subyek pria; satu subyek sudah bercerai dan subyek lain tidak menikah. Selainitu subyek penelitian tidak menyinggung urusan pemakaman sebagai salah satu halyang perlu diperhatikan dalam persiapan. Hasil lain yang menarik adalah kepasrahansalah satu subyek yang luar biasa sehingga tidak membuat persiapan apapun yangbersifat material.Untuk ketenangan diri subyek dalam menghadapi kematian sebagai sesuatuyang tidak diketahui secara pasti, subyek meningkatkan sikap religius; antara laindengan menjalankan kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama masing-masing,banyak mawas diri, meiaksanakan shalat lima waktu, menunaikan ibadah haji, rajin pergi ke gereja, rajin mengikuti pengajian dan ceramah keagamaan, membaca bukubukukeagamaan, dan kegiatan lainnya yang dapat mempertebal keyakinan agamamasing-masing. Subyek umumnya sudah merasa cukup puas dengan kehidupannyaselama ini dan tidak merasa perlu meminta apa-apa lagi kecuali hanya bersyukurkepada Tuhan atas segala karunianya. Selain keyakinan agama yang kuat, hal yangjuga mendukung ketenangan subyek ialah keberadaan mereka dalam lingkungankeluarga yang akrab satu sama lain.Diharapkan hasil penelitian ini -walaupun hasilnya belum dapatdigeneralisasikan- dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam hal kematianyang masih sangat langka di Indonesia; kliususnya dari tinjauan ilmu psikologi,terutama bagaimana lansia mengatasi rasa takutnya terhadap kematian danmemberikan gambaran mengenai apa saja yang perlu dipersiapkan untuk dapatmenghadapi kematian dengan tenang, sehingga mereka dapat mempergunakan sisahidupnya dengan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. |