Dalam kehidupannya, setiap manusia terutama kaum wanita, ingin selalu tampil cantik dan menarik. Memang tidak dapat disangkal, individu yang berpenampilan menarik akan lebih dihargai dan populer, mendapat perlakuan istimewa serta atribut yang positif dari lingkungannya (Hatfield dan Sprecher, dalam Stein, 1996). Oleh karena itu, manusia akan berusaha semaksimal mungkin untuk memiliki penampilan fisik yang menarik. Adapun konsep tentang penampilan fisik yang menarik, selalu berubah sejalan dengan waktu dan budaya setempat. Wisman et.al (dalam Heinberg, 1996) menyimpulkan bahwa bentuk tubuh yang ideal pada massa kini cenderung kurus, seperti layaknya bentuk tubuh para model. Standar ideal tersebut akan mempengaruhi persepsi, penilaian dan penghargaan terhadap tubuh yang dimilikinya, atau dengan kata lain akan mempengaruhi citra tubuh (body-image) yang dimiliki. Citra tubuh didefinisikan sebagai gambaran yang dimiliki oleh seseorang mengenai bentuk fisiknya. Pada masa remaja, terjadi perubahan fisik yang besar. Perubahan tersebut akan mempengaruhi penampilan fisik, yang tentu akan berpengaruh pada konsep diri dan pada akhirnya akan berpengaruh pada citra tubuh yang dimiliki. Perubahan yang terjadi juga dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan bila perubahan tidak sesuai dengan standar ideal yang berlaku. Remaja putri adalah kelompok yang paling rawan terhadap ketidakpuasan pada citra tubuhnya. Biasanya mereka menginginkan bentuk tubuh kurus, ramping dan proporsional seperti Iayaknya tubuh seorang model. Dan berbagai usaha dilakukan untuk mencapai keinginan lersebut, tanpa memperhitungkan resikonya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perbandingan kepuasan citra tubuh antara remaja putri yang berprofesi sebagai model, yang tubuhnya menjadi patokan standar ideal, dengan remaja putri yang tidak berprofesi sebagai model ?Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tipe penelitian studi komparatif yaitu membandingkan kepuasan citra tubuh antara kelompok model dan bukan model. Dan untuk mengukur kepuasan citra tubuh akan digunakan alat Multidimensional Body-Self Relation Questionnaire (Cash, 1994), yang terdiri dari 10 subskala : evaluasi penampilan, orientasi penampilan, evaluasi kebugaran, orientasi kebugaran, evaluasi kesehatan, orientasi kesehatan, orientasi tentang penyakit , kepuasan area tubuh, kategori berat badan dan kecemasan akan kegemukan. Dalam pengolahan data penelitian dilakukan independent sample t-test untuk melihat apakah ada perbedaan kepuasan citra tubuh antara kelompok model dan bukan model.Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam hal kepuasan citra tubuh pada kelompok remaja putri yang berprofesi sebagai model dan kelompok remaja putri yang tidak berprofesi sebagai model. Dalam arti remaja putri yang berprofesi sebagai model lebih merasa puas dengan tubuhnya dan merasa dirinya Iebih menarik, dibandingkan dengan remaja putri yang tidak berprofesi sebagai model. Hanya empat aspek dan sepuluh subskala yang ternyata berbeda secara signifikan, yaitu evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kategori berat badan dan kepuasan area tubuh. Sedangkan dari hasil tambahan diketahui bahwa berat badan, selisih berat badan dan indeks Massa Tubuh mempunyai hubungan negatif yang signifikan dengan kepuasan citra tubuh. Makin kurus seseorang, maka makin tinggi kepuasan yang dimiIiki. Selain itu ditemukan pula terdapat distorsi dalam mempersepsi ukuran tubuh yang dimiliki. Banyak responden yang sebenarnya mempunyai berat badan kurus tetapi masih merasa dirinya kelebihan berat badan. Saran yang diberikan adaiah dilakukannya pelatihan atau diadakan seminat untuk meningkatkan citra tubuh dan peningkatan konsep diri untuk para remaja putri. Selain itu disarankan pula untuk mempublikasikan di media massa dampak negatif dan ketidakpuasan terhadap citra tubuh yang dimiliki. |