ABSTRAK Pembentukan peran jenis kelamin mempakan hal yang penting bagi setiaporang, karena mendukung perkembangan konsep diri dan identitas seseorang.Masa penting pembentukan peran jenis kelamin seorang anak adalah pada usiaprasekolah (3-6 tahun). Salah satu cara pembentukan peran jenis kelamin seoranganak adalah dengan cara sosialisasi. Ada tiga cara sosialisasi yang dapatdilakukan dalam pembentukan peran jenis kelamin, yakni dengan direct instruction,shaping atau modelling. Agen sosialisasi terpenting dalam pembentukan peran jeniskelamin seorang anak adalah keluarga, terutama orang tua, karena merupakanIingkungan terdekat yang dimiliki anak yang memperkenalkan anak padaIingkungan masyarakat yang Iebih luas. Penelitian di Barat menunjukkan bahwaorang tua dapat mempengaruhi pembentukan peran jenis kelamin anak, khususnyaanak usia prasekolah dalam kegiatan bermain. Sebagian besar anak usiaprasekolah menghabiskan waktunya dalam bermain. Bermain sendiri merupakanmedia bagi anak untuk mangembangkan dirinya, baik dari segi fisik, kognitif dansosial emosional. Selain itu, bermain juga merupakan wadah bagi anak untukmencoba berbagai peran.Dalam kegiatan bermain, orang tua menularkan sikap tentang peran jeniskelamin melalui mainan yang diberikan serta interaksi antara anak dan orang tuasaat bermain. Penelitian yang dilakukan di Barat menunjukkan bahwa adanyapembedaan pemberian mainan maupun aktivitas bermain pada anak Iaki danparempuan oleh orang tua menyebabkan peran jenis kelamin yang terbentuk padaanak Iaki dan perempuan berbeda. Di Indonesia sendiri, dengan semakinbanyaknya toko mainan yang menyediakan sarana bermain bagi anak,memudahkan orang tua untuk menggunakan mainan sebagai media dalammensosialisasikan karakteristik tertentu sesuai dengan peran jenis kelamin. Namun,bagaimana gambaran sosialisasi peran jenis kelamin yang dilakukan dalamkegiatan bermain oleh orang tua belumlah terlihat. Oleh sebab itu, penelitian inidilakukan uniuk mendapatkan gambaran sosialisasi peran jenis kelamin yangdiiakukan orang tua pada anak usia prasekolahnya khususnya dalam kegiatanbermain.Ada tiga teori besar yang menjelaskan tentang pembentukan peran jeniskelamin. Pandangan Psikoanalisa yang dipelopori oleh Sigmund Freudmenjelaskan bahwa peran jenis kelamin terbentuk karena adanya prosesidentifikasi yang terjadi akibat ikatan emosional khusus yang didasarkan ataskeinginan anak untuk dicintai atau atas ketakutan salah satu orang tua. Teoribelajar sosial menjelaskan bahwa anak menampilkan respon atau perilaku sesuaidengan jenis kelaminnya karena mendapat imbalan dan anak menghindari perilakuyang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya karena meneka akan dihukum. Teoriperkembangan kognitif menganggap bahwa peran jenis kelamin terbentuk sebagaihasil dari sistem kognitif anak. Anak belajar mengkategorisasikan atribut daninformasi yang ada di lingkungan berdasarkan jenis kelamin.Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yang melibatkan40 orang tua yang memiliki anak laki dan perempuan usia prasekolah (3-6 tahun).Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non probabilita danteknik incidental. Alat yang digunakan untuk mengetahui sosialisasi peran jeniskelamin dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang memuat daftar mainanyang diberikan pada anak beserta orang yang memilihkan mainan, karakteristikyang ingin dikembangkan pada anak laki dan perempuan serta cara orang tuamensosialisasikan karaktenstik yang diinginkan dalam kegiatan bennain. Daftarmainan yang digunakan dibuat oleh peneliti dengan melakukan survei terhadapmainan yang dimiliki anak usia prasekolah. Sedangkan untuk item karakteristikperan jenis kelamin peneliti menggunakan item Bem Sex Role Inventory. Sebelumalat digunakan sepenuhnya, peneliti melakukan uji coba alat terlebih dahulu untukmengetahui face validity atau uji keterbacaan serta mengukur intterrater reliability.Penelitian dilakukan di 4 Taman Kanak-kanak di Jakarta dan Bogor. Karenapenelitian ini merupakan penelitian deskriptif, maka data yang diperoleh diolahdengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam anak lakilebih banyak memiliki mainan kategori fisik dan kognitif, sedangkan anakperempuan lebih banyak memiliki mainan kategori sosial emosional. Dalammenentukan mainan yang diberikan, anak Iebih besar peranannya dibandingkandengan orang tua sendiri. Berdasarkan karakteristik yang ingin dikembangkan padaanak laki dan perempuan, antara ayah dan ibu pada umumnya memiliki keinginanyang sama. Bagi anak laki, orang tua Iebih banyak menginginkan karakteristikmaskulin terdapat dalam diri anaknya. Sedangkan bagi anak perempuan, adakarakteristik-karakteristik feminin maupun maskulin yang diinginkan orang tuadimiliki anaknya. Untuk karakteristik yang tergolong netral, orang tua menginginkankarakteristik yang sama terdapat pada anak laki dan perempuannya. Dalammensosialisasikan karakteristik yang diinginkan khususnya dalam bermain, orangtua lebih banyak menggunakan teknik direct instruction dibandingkan teknikshaping, modeling atau campuran. |