ABSTRAK Keterikatan karyawan terhadap perusahaan sangat diperlukan bagi perusahaanuntuk dapat tetap bertahan pada dunia usaha saat ini yang telah mengalamiperkembangan dan perubahan yang semakin cepat. Rendahnya keterikatan organisasipada karyawan dapat membawa dampak negatif bagi perusahaan, yaitu tingginyatingkat absensi dan pergantian karyawan (turnover). Namun di pihak lain, tingginyaketerikatan karyawan terhadap perusahaannya dapat membawa dampak negatif bagikaryawan terutama yang telah berkeluarga.Waktu dan tenaga yang dicurahkan untuk perusahaan akan mengurangiinteraksi individu dengan keluarganya, sehingga individu tidak sepenuhnya dapatmemenuhi peran di dalam keluarganya. Hal ini terutama dialami olah pasangan bekerjayang memiliki anak usia balita. Kesulitan yang dihadapi pasangan bekerja tidak hanyaterbatas pada pengurusan anak yang masih membutuhkan perhatian yang besar darikedua orang tua, tetapi terbatasnya waktu yang diluangkan bagi pasangannya dandalam penyelesain tugas-tugas rumah tangga.Beberapa penelitian di negara Barat menunjukkan bahwa peran dalam keluargaberhubungan dengan perkembangan keterikatan organisasi seseorang. Suatu penelitianyang dilakukan terhadap karyawan yang memiliki anak usia balita menyatakan bahwatingginya keterlibatan peran dalam keluarga berhubungan dengan tingginya keterikatanorganisasi karyawan. Namun, terdapat pula penelitian yang menunjukkan bahwarendahnya keterlibatan diri seseorang terhadap perannya di dalam keluargaberhubungan dengan tingginya keterikatan organisasi seseorang.Dapat terlihat bahwa masih terdapat hasil yang kontradiksi dari penelitian-penelitian tersebut. Berdasarkan hal ini, maka pada penelitian ini ingin diketahui lebihjelas hubungan antara peran dalam keluarga dan keterikatan organisasi pada pria danwanita bekerja yang memiliki anak usia balita, khususnya di Jakarta. Penelitian inimenggunakan pengumpul data berupa kuesioner yang terdiri dari dua alat ukur yangtelah diadaptasi, yaitu Life Role Salience Scale dari Amatea et al. dan CommitmentOrganization Scale dari Allen dan Meyer. Subyek dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang merupakan suami istri bekerja, memiliki anak usia balita,berpendidikan minimal D3, dan telah bekerja di perusahaan minimal 15 bulan.Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat hubungan yangsignikan antara peran dalam keluarga dan keterikatan organisasi. Pada subyekwanita menunjukkan hubungan yang positif dan keterikatan yang tidakberhubungan dengan peran dalam keluarga adalah keterikatan afektif. Sedangkanpada pria, hubungan yang terjadi adalah hubungan negatif dan keterikatan yangtidak berhubungan dengan peran dalam keluarga adalah keterikatankesinambungan.Hasil tambahan menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yangsignifikan pada tingkat keterikatan organisasi. Namun berdasarkan komponennya,hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkatketerikatan afektif dan normatif antara pria dan wanita. Dalam hal keterlibatanterhadap peran dalam keluarga, pria dan wanita menunjukkan skor yang berbedasecara signifikan pada peran dalam keluarga dan dalam dimensi peran sebagaiorang tua dan pengurus rumah tangga. Selain itu hasil menunjukkan bahwa padawanita terdapat perbedaan tingkat keterikatan organisasi dan komponenkesinambungan berdasarkan jumlah pengeluaran. Hal ini tidak berbeda denganpria, bahwa terdapat perbedaan skor rata-rata yang signiilkan pada keterikatanorganisasi serta pada komponen afektif dan normatif berdasarkan jumlahpengeluaran untuk rnemenuhi kebutuhan anak dan keluarga. Hasil jugamenunjukkan bahwa semakin besar gaji yang diterima oleh pria bekerja, makasemakin tinggi keterikatan organisasi, terutama keterikatan kesinambungannya |