ABSTRAK Masuknya wanifa ke dalam dunia kerja membawa berbagai perubahan ke dalamkehidupan perkawinan maupun keluarga. Konsekuensi langsung dari aktivitas kerjanyaadalah terjadinya perubahan atau penambahan peran bagi wanita. Wanita pekerjaberlambah perannya sebagai pencari nafkah, selain peran tradisional yang dijalankansebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas kelancaran kehidupan rumahlangga dan pengasuhan anak.Perubahan/penambahan peran ini lidak hanya berdampak pada wanita, Bagipasangannya, hal ini berdampak limbulnya kebuluhan atau tuntutan untuk menyesuaikan/mengubah peran sesuai dengan perubahan yang terjadi pada peran wanita pasangannya.Salah salu bidang tcehidupan lWanita bekerja adalah pembagian tugas funiah tangga, termasuk pengasuhan anak yang secara tradisional menjadi tanggung jawab wanita. Reran suami sebagai pasanganwanita pekerja dalam hal ini menjadi amat penting. Para suami dituntut untukmengubah sikapnya menjadi lebih egaliter, bersedia berbagi tugas rumah tangga,bukan semata-mata berdasarkan stereotip peran gender, tapi lebih mempertimbangkanfaktor kemampuan dan kesempatan yang tersedia.Dari penelaahan teoritis, maupun hasil penelitlan di negara-negara barat,ditemukan bahwa suami yang berorientasi peran gender egaliter lebih bersedia untukberpartisipasi nyata dalam melakukan tugas rumah tangga dan pengasuhan anak yangsecara tradisional dipandang sebagai tugas wanita.Agar wanita dapat menjalankan fungsi secara lebih efektif dalam dunia kerja, iaperlu mendapat dukungan dari suami berupa kesediaan untuk berpartisipasi dalampelaksanaan tugas rumah tangga. Mengingat kenyataan bahwa semakin banyakwanita Indonesia memasuki dunia kerja, maka perlu diperoleh gambaran mengenaiorientasi peran gender pasangannya.Lebih jauh ingin diketahui apakah ada kaitan antara peran gender seseorangdengan pilihan tugas rumah tangga yang dilakukannya. Untuk menjawab pertanyaantersebut, penelitian ini dilakukan untuk mendapat gambaran orientasi peran genderpara suami yang istrinya bekerja dengan memanfaatkan BSRI, selain itu pilihanpekerjaan rumah tangga diteliti dengan kuesioner yang ditujukan pada 62 respondenpara suami yang istrinya bekerja yang dipilih secara accidental. Data diolah denganperhitungan frekuensi dan chi-square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikanantara orientasi peran gender para suami tersebut dan pilihan pekerjaan rumah tanggayang dilakukan. Hal yang menarik adalah bahwa cukup banyak suami yang berorentasi peran gender androgini (49,1%) sebanding dengan yang berorientasi maskulin (50%).Namun diketahui bahwa tetap ada pemilihan pekerjaan rumah tangga yang menurutsubyek seharusnya dilakukan oleh suami, suami dan orang lain, suami istri, istri sertaistri dan orang lain, padahal menurut Pogrebin (1983) pemilihan pekerjaan rumahtangga lebih didasarkan pada kemampuan yang dimiliki.Tidak signifikannya kaitan antara orientasi peran gender dan pilihan pekerjaanrumah tangga diperkirakan dapat disebabkan oleh kurang luasnya sampel sehinggaskor tersebar dalam rentang yang terlalu sempit. Selain itu, hal ini memberi indikasibahwa pandangan tradisional mengenai peran wanita masih mengakar pada parasuami yang istrinya bekerja. Para suami dapat menerima kegiatan kerja istrinya, tetapimasih berpandangan bahwa urusan rumah tangga dan perawatan anak adalah tugasutama para istri yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Dengan demikiansebagian besar responden berada dalam bentuk perkawinan modern, menurutklasifikasi Dancer and Gilbert (1993). |