ABSTRAK Dalam kehidupan rumah tangga, sejak dulu pria diberi kepercayaan untukmeniadi kepala keluarga (Duvall & Miller, 1985). Dalam pandangan tradisional,sebagai kepala keluarga peran pria terbatas pada fungsi instrumental sebagaipencari nafkah dan pelindung keluarga (Strong & DeVault, 1995). Namun,sejalan dengan perkembangan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi,dewasa ini terjadi pergeseran dalam pandangn tradisional mengenai perankepala keluarga. Kini peran pria tidak hanya terbatas sebagai pencari nafkah danpelindung keluarga, melainkan juga dituntut untuk aktif dalam pengelolaan rumahtangga dan pengasuhan anak (Schaffer, 1993; UNICEF, 1997). Pada masasekarang ini, baik peran mencari natkah maupun mengasuh anak, dapatdilakukan baik oleh pda maupun wanita (Thompson & Walker, 1989). Olehkarena itu, sebagai kepala keluarga sekarang pria berperan untuk mencarinafkah, melindungi keluarga, mengambil keputusan, mengurus mmah tangga,mengasuh anak, memelihara hubungan kekerabatan dan membina hubunganyang harmonis dengan istrinya (Strong & DeVault, 1995; Duvall & Miller, 1985).Keterlibatan pria dalam pengasuhan anak dan pengelolaan rumah tanggaberdampak positif bagi perkembangan anak, ibu dan ayah sendiri (Kimmel, 1987;Schaffer. 1993). Untuk meningkatkan keterlibatan ayah dalam pengasuhan danpengelolaan rumah tangga, pria perlu diperslapkan untuk perannya dengandiberikan bekal pengetahuan mengenai peran kepala keluarga (Soepangat,1991; Trobisch, 1984; Sigit Side, 1993; |rwanto_ 1996).Yang pallng berperan dalam mempersiapkan pria dewasa muda untukmenjadi kepala keluarga adalah ayahnya (Eligner, 1994; Trobisch, 1984). Ayahmerupakan agen sosialisasi utama yang mempersiapkan puteranya menjadikepala keluarga (Marsiglio, 1995; Anderson & Sabatelli, 1995). Sebagai agensosialisasi utama, ayah harus memperkenalkan peran instrumental dan peranekspresif seorang ayah dalam keluarga pada puteranya (Lamb, 1981). Umumnyapria mencontoh ayahnya dalam menjalankan peran sebagai kepala keluargaApa yang diajarkan ayah mengenai peran kepala keluarga sedikit banyakmenentukan pendapat pria dewasa muda mengenai seorang ayah, yang akanmempengaruhi pelaksanan perannya kelak sebagai kepala keluarga (Anderson& Sabalelli, 1995; Levy-Shiff 8. lsraelashvilli, 1988), maka perlu diketahui bekalpengetahuan yang diberikan ayah dalam mempersiapkan puteranya menjadikepala keluarga.Dengan mengetahui bekal pengetahuan yang diberikan, diharapkan ayahdapat lebih mempersiapkan puteranya menghadapi tahapan kehidupan berkeluarga. Bagi pria dewasa muda sendiri, diharapkan dapat menjadi masukanuntuk mempersiapkan diri menjalankan peran kepala keluarga. Dengandemikian, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakahpemberian bekal pengetahuan tentang peran kepala keluarga dari ayahpada puteranya yang berusia dewasa muda ?Penelitian ini barsifat deskriptif. Alat pengumpul data yang digunakanadalah kuesioner untuk mengukur kekerapan pemberian bekal pengetahuantentang peran kepala keluarga pada 144 orang ayah berpendidikan minimalSLTA yang memiliki putera berusia antara 20-30 tahun yang belum menikah.Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bekal pengetahuan yangdiberikan ayah pada puteranya adalah tentang semua peran kepala keluarga,yaitu bekal pengetahuan tentang peran mencari nafkah, melindungi keluarga,mengambil kaputusan, memelihara hubungan kekerabatan, mengurus rumahtangga, mengasuh anak dan membina hubungan yang harmonis dengan istri.Berkat pngetahuan yang menonjol diberikan adaiah tentang peran mencarinafkah, melindungi keluarga, mengambil keputusan dan memelihara hubungankekerabatan. Sedangkan yang paling jarang adalah tentang peran membinahubungan harmonis dengan istri.Untuk peran mencari nafkah, bekal yang diberikan umumnya adalahmengenai pentingnya pendidikan untuk mendapatkan kerja. Untuk peranmelindungi keluarga, bekal yang diberikan adalah mengenai tanggung jawabmenjaga nama baik keluarga dan tanggung jawab melindungi keluarga secarafisik dan psikologis. Untuk peran mengambil keputusan bekal yang diberikanumumnya tentang pentingnya berrnusyawarah, menetapkan rencana masadepan serta cara mengatasi masalah dan mengambil keputusan. Untuk peranmemelihara hubungan kekerabatan, bekal yang diberikan adalah mengenai tatakrama dalam menjalin hubungan sosial dan pentingnya silaturahmi. Untuk peranmengurus rumah tangga, ayah memberikan bekal mengenai pemeliharaan danperawatan rumah, pentingnya kemandirian serta kesetaraan tanggung jawabsuami dan istri dalam mengelola rumah tangga. Dalam peran mengasuh anak,ayah memberikan bekal mengenai peran untuk memberikan bekal agama dancontoh perilaku pada anak-anak. Sedangkan untuk peran membina hubunganharmonis dengan istri, bakal yang diberikan adalah mengenai tanggung jawabsuami untuk membina keluarga sesuai ajaran agama serta persyaratan untukmenikah. Umumnya ayah hampir tidak pernah memberikan pendidikan sekspada puteranya.Sesuai dengan hasil yang diperoleh, dapat disarankan pada ayah untukmenyeimbangkan bekal pengetahuan yang diberikan, baik untuk peraninstrumental maupun peran ekspresif. Ayah juga disarankan untuk memberikanpendidikan mengenai reproduksi sehat dan mengkomunikasikan peran ayahdalam keluarga pada putranya. Sedangkan untuk kepentingan ilmupengetahuan, disarankan untuk memperbesar sampel agar diperoleh gambaranlebih menyeluruh mengenai bekal pengetahuan yang diberikan ayah. Hal lainnyaadalah disarankan untuk melakukan studi perbandingan antara ayah dan remajaputra serta ayah dan ibu dalam mempersiapkan puteranya untuk menjadi kepalakeluarga. |